Bojonegoro  (Antara Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan ketinggian banjir luapan Bengawan Solo di hilir, Jawa Timur, berangsur surut, namun masih diberlakukan status siaga.

"Status banjir Bengawan Solo di hilir, Jawa Timur, masih siaga," kata Kasi Operasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Mucharom, Rabu.

Sesuai data di UPT Bengawan Solo, ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro, Rabu pukul 06.00 WIB, surut menjadi 13,80 meter.

"Ketinggian air Bojonegoro terus turun, sejak sehari lalu," ucapnya, menegaskan.

Begitu pula, lanjutnya, secara bersamaan ketinggian air di Babat, Lamongan, juga surut menjadi 7,94 meter (siaga II), yang sebelumnya sempat mencapai 7,95 meter, Selasa (9/2) pukul 21.00 WIB

Ketinggian air di Laren/Plangwot, Lamongan, juga surut menjadi 5,66 meter (siaga III), yang semula mencapai 5,68 meter, pukul 24.00 WIB

Namun ketinggian air di Karanggeneng, di Kuro, dan juga di Lamongan, belum surut dengan statusnya masing-masing masih siaga II, dengan ketinggian 4,28 meter dan 2,06 meter.

"Meski ada penurunan ketinggian air, tapi kewaspadaan tetap kita lakukan, mengingat curah hujan yang masih tinggi," jelas dia.

Senada dengan itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Bojonegoro Andik Sudjarwo mengimbau kewaspadaan menghadapi banjir luapan Bengawan Solo.

Bahkan, pihaknya mewaspadai terjadinya awan "comulonimbus" (CB), yang terjadi di atas wilayahnya, yang berpotensi menimbulkan hujan lebat yang disertai badai dan petir, khususnya di wilayah selatan.

Adanya konstribusi hujan lokal, lanjut dia, akan menambah debit air banjir Bengawan Solo.

"Kami minta kesiapsiagaan camat dan meneruskan kepada kepala desa (kades) serta masyarakat terkait kemungkinan terjadinya hujan sangat deras yang disertai angin kencang dan badai petir khususnya di wilayah selatan," paparnya.

Data di BPBD setempat bahwa genangan banjir merendam 43 desa yang tersebar di 11 kecamatan, antara lain, di Kecamatan Kota, Balen, Kanor dan Baureno. Warga yang terdampak banjir sebanyak 788 kepala keluarga (KK), dan dilaporkan satu rumah rusak berat diterjang banjir.

Selain itu, banjir juga merendam areal tanaman padi seluas 1.062 hektar, palawija 144 hektare, dan menggenangi prasarana dan sarana umum. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016