Bojonegoro (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) dalam menghadapi penyakit demam berdarah dengue (DBD), meskipun ada tiga penderita DBD meninggal dunia, selama Januari.
     
"Penetapan status KLB DBD bukan berdasarkan jumlah korban meninggal dunia. Tapi, berdasarkan kasus DBD yang meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu," kata Kasi Pengamatan Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro Kun Sucahyo, di Bojonegoro, Senin.
     
Ia menyebutkan temuan kasus DBD pada Januari tahun ini sebanyak 105 kasus, masih lebih banyak dibandingkan tahun lalu dalam waktu bersamaan yang hanya 99 kasus, di antaranya, satu orang meninggal dunia.
     
"Tapi jumlah penderita DBD dalam waktu bersamaan Januari meningkatnya tidak sampai dua kali lipat," ucapnya.
     
Sesuai data, katanya, dari 105 kasus DBD, selama Januari itu, di antaranya, tiga penderita meninggal dunia. Lokasi tiga korban meninggal dunia yaitu Desa Kolong, Kecamatan Ngasem, Desa Pandanwangi, Kecamatan Sumberrejo dan Desa Beton, Kecamatan Kedungadem.
     
"Penyebaran DBD di daerah kami tahun ini, terbanyak di sejumlah desa di Kecamatan Sumberrejo, Kedungadem dan Sugihwaras," jelasnya.
     
Data di Dinkes, tahun lalu tercatat sebanyak 572 kasus DBD, di antaranya, tujuh penderita meninggal dunia.
     
Mengantisipasi penyebaran penyakit  DBD di daerahnya,katanya, telah dilakukan pengasapan di sejumlah lokasi. 
     
"Dinkes sudah banyak melakukan pengasapan di sejumlah lokasi yang ditemukan kasus DBD," ucapnya, menegaskan.
     
Hanya saja, katanya, pengasapan bukanlah merupakan pilihan utama dalam pemberantasan penyebaran nyamuk "aedes aegypti", yang menjadi penyebab DBD, sebagaimana anggapan masyarakat.
     
"Pengasapan hanya membunuh nyamuk dewasa, tapi tidak membunuh jentiknya," tandasnya. 
     
Dengan demikian, menurut dia, gerakan memberantas sarang nyamuk yang paling efektif yaitu melalui gerakan 3M (menguras, menutup dan mengubur).
     
Selain itu, lanjut dia, juga ditambah dengan abatisasi atau menaruh ikan di bak kolam, atau penampungan air.
     
"Pengasapan dari segi anggaran cukup besar, juga tidak efektif memberantas sarang nyamuk," katanya, menegaskan. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016