Trenggalek (Antara Jatim) - Dinas Pendidikan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur berjanji memfasilitasi pendidikan anak-anak keluarga eks-Gafatar yang baru dipulangkan ke daerah itu, termasuk menjamin pembebasan biaya mereka hingga lulus sekolah menengah atas.
    
"Kami dari dinas pendidikan akan membantu kemanapun mereka akan sekolah. Tinggal pilih, nanti administrasinya akan segera kami urus," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Trenggalek, Kusprigiyanto di Trenggalek, Senin.
    
Tidak hanya memfasilitasi pengurusan administrasi untuk diterima di lembaga pendidikan di Trenggalek, Kusprigiyanto bahkan menjanjikan fasilitas bea siswa atau bantuan pendidikan bagi anak-anak Kasiyanto yang masing-masing masuk jenjang pendidikan SLTA, SMP, serta SD.
    
Ia menjamin penuh pendidikan tiga anak eks-Gafatar itu hingga tuntas di jenjang sekolah masing-masing.
    
"Semua ditanggung oleh daerah. Tadi sudah kami sampaikan dan mereka menerima dengan senang. Semoga dukungan kami membantu mereka untuk kembali hidup normal dan meninggalkan masa lalunya," ujar Kusprigiyanto.
    
Terkait sekolah, ia menyerahkan kepada masing-masing anak eks-Gafatar untuk menentukan pilihannya sendiri.
    
Putri sulung keluarga eks-Gafatar, Amelia Pratiwi (16) yang sudah lulus Madrasah Tsanawiyah (MTs), misalnya, diberi keleluasaan untuk menentukan sekolah yang diinginkan.
    
Sementara untuk putri kedua pasangan Kasiyanto (41) dan Katirah (40), yakni Ilmi Farida (13) akan dibantu untuk kembali ke MTs tempatnya dulu belajar, sebelum akhirnya ikut orang tua hijrah ke Kalimantan bersama kelompok eks-Gafatar lain.
    
"Saya belum tahu kemana, tapi kalau boleh memilih, inginnya di sekolah dekat sini, di SMA Negeri 1 Trenggalek," kata Amelia Pratiwi kepada Antara.
    
Pernyataan bernada malu-malu juga diutarakan sang adik, Ilmi Farida yang masih duduk di bangku MTs.
    
Namun, Ilmi mengisyaratkan ingin memilih sekolah umum seperti kakaknya dan tidak kembali ke MTs dengan alasan malu dengan teman-teman sekolahnya.
    
"Ya terserah, tapi maunya sih di sekolah lain saja. Tidak di MTs (lagi)," ujar Ilmi.
    
Kasiyanto sendiri tidak banyak berkomentar soal pendidikan ketiga anaknya, termasuk si bungsu Tasya Aulia (7) yang menginjak usia pendidikan SD.
    
Ia mengaku saat ini fokus pada upaya beradaptasi kembali dengan lingkungan sosialnya di Desa Senden, Kecamatan Kampak serta memulai lagi usaha baru dari nol.  
    
"Urusan pendidikan, kami serahkan kepada pemerintah daerah karena katanya akan difasilitasi kelanjutan sekolah anak-anak kami. Soal pilihan, kami ikut saja," ujarnya.
    
Ia mengungkapkan, selama diberada di penampungan kelompok eks-Gafatar di Mempawah, Kalimantan Barat, ketiga anaknya bersama anak-anak yang lain mengikuti program pendidikan "home schooling" yang dikoordinir oleh sesama pengikut ajaran Gerakan Fajar Nusantara di lokasi mereka bermukim.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016