Surabaya (Antara Jatim) - Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM PAN) Kota Surabaya memilih mendukung pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) setempat pada 9 Desember 2015.
"Kami menilai selama lima tahun, Tri Rismaharini berhasil mengemban amanat rakyat dan membawa nama baik Kota Surabaya," ujar Koordinator Tim "Semut Biru" BM PAN Kota Surabaya, Andi Roy, kepada wartawan, Minggu.
Sebagai organisasi sayap Partai Amanat Nasional (PAN) yang sudah menentukan pilihan mengusung pasangan Rasiyo-Lucy Kurniasari, kata dia, pihaknya mengaku siap mengambil risiko jika nantinya mendapat sanksi internal.
"Tak ada alasan berpaling dari Tri Rismaharini meski tak sejalan dengan perintah partai. Meski organisasi sayap, tapi kami memiliki pendirian dan sudah menjadi bukti fakta bagaimana keberhasilan Risma memimpin kota ini," ucapnya.
Gerakan dukungan terhadap Tri Rismaharini, lanjut dia, sebenarnya bukan pada saat Pilkada kali ini saja, namun sejak Pilkada 2010 yang menyatakan dukungan sekaligus turut mengantar pasangan Risma-Bambang DH menjadi penguasa "Kota Pahlawan".
Tidak hanya berbentuk dukungan suara, Tim "Semut Biru" yang sengaja dibentuk menjelang Pilkada ini juga melakukan survei di 31 kecamatan se-Surabaya tentang tingkat kehadiran pemilik hak suara di tempat pemungutan suara (TPS) pada hari H pelaksanaan Pilkada.
"Survei tentang antusiasme warga Surabaya terhadap Pilkada hasilnya 49 persen memilih tidak datang (golput), dan sisanya 51 persen memilih," kata koordinator tim survei BM PAN, Subiantoro.
Survei yang dilakukan pada 24-30 November 2015 itu dilakukan 31 Kecataman se-Surabaya dengan jumlah narasumber (sampling) 558 orang.
Tingginya angka golput, kata dia, sebagian besar disebabkan warga merasa tidak terlibat atau dilibatkan dalam Pilkada, di antaranya karena atribut calon yang semua dihandel Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya sebagai penyelenggara.
"Kondisi ini beda dengan Pilkada-Pilkada sebelumnya, yang mana tidak sedikit masyarakat terlibat dalam pencetakan dan pemasangan atribut, banyak orang mengais rezeki dari Pilkada, sekaligus meghidupkan perekonomian. Kalau sekarang kesannya tak ada pesta rakyat," katanya.
Pilkada Surabaya diikuti dua pasangan calon, yakni di nomor urut 1 Rasiyo-Lucy Kurniasari yang diusung Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN), sedangkan nomor urut 2 adalah Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana yang diusung PDI Perjuangan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Kami menilai selama lima tahun, Tri Rismaharini berhasil mengemban amanat rakyat dan membawa nama baik Kota Surabaya," ujar Koordinator Tim "Semut Biru" BM PAN Kota Surabaya, Andi Roy, kepada wartawan, Minggu.
Sebagai organisasi sayap Partai Amanat Nasional (PAN) yang sudah menentukan pilihan mengusung pasangan Rasiyo-Lucy Kurniasari, kata dia, pihaknya mengaku siap mengambil risiko jika nantinya mendapat sanksi internal.
"Tak ada alasan berpaling dari Tri Rismaharini meski tak sejalan dengan perintah partai. Meski organisasi sayap, tapi kami memiliki pendirian dan sudah menjadi bukti fakta bagaimana keberhasilan Risma memimpin kota ini," ucapnya.
Gerakan dukungan terhadap Tri Rismaharini, lanjut dia, sebenarnya bukan pada saat Pilkada kali ini saja, namun sejak Pilkada 2010 yang menyatakan dukungan sekaligus turut mengantar pasangan Risma-Bambang DH menjadi penguasa "Kota Pahlawan".
Tidak hanya berbentuk dukungan suara, Tim "Semut Biru" yang sengaja dibentuk menjelang Pilkada ini juga melakukan survei di 31 kecamatan se-Surabaya tentang tingkat kehadiran pemilik hak suara di tempat pemungutan suara (TPS) pada hari H pelaksanaan Pilkada.
"Survei tentang antusiasme warga Surabaya terhadap Pilkada hasilnya 49 persen memilih tidak datang (golput), dan sisanya 51 persen memilih," kata koordinator tim survei BM PAN, Subiantoro.
Survei yang dilakukan pada 24-30 November 2015 itu dilakukan 31 Kecataman se-Surabaya dengan jumlah narasumber (sampling) 558 orang.
Tingginya angka golput, kata dia, sebagian besar disebabkan warga merasa tidak terlibat atau dilibatkan dalam Pilkada, di antaranya karena atribut calon yang semua dihandel Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya sebagai penyelenggara.
"Kondisi ini beda dengan Pilkada-Pilkada sebelumnya, yang mana tidak sedikit masyarakat terlibat dalam pencetakan dan pemasangan atribut, banyak orang mengais rezeki dari Pilkada, sekaligus meghidupkan perekonomian. Kalau sekarang kesannya tak ada pesta rakyat," katanya.
Pilkada Surabaya diikuti dua pasangan calon, yakni di nomor urut 1 Rasiyo-Lucy Kurniasari yang diusung Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN), sedangkan nomor urut 2 adalah Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana yang diusung PDI Perjuangan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015