Surabaya (Antara Jatim) - Pengamat Sejarah Nahdlatul Ulama Drs H Choirul Anam (Cak Anam) meminta kalangan Nahdlatul Ulama untuk melestarikan cagar budaya peninggalan Resolusi Jihad di Surabaya.
"Agar tetap bisa menjadi bukti untuk generasi yang akan datang tentang nasionalisme para ulama pada era revolusi perjuangan di Surabaya," katanya dalam peringatan 70 tahun Resolusi Jihad di halaman Museum NU Surabaya, Sabtu (21/11) malam.
Dalam peringatan yang diselenggarakan Bina Pemuda Jawa Timur bekerja sama dengan Museum NU Surabaya itu, ia menjelaskan cagar budaya peninggalan para ulama yang harus dilestarikan itu antara lain gedung markas besar ulama di sekitar Waru Sidoarjo.
"Dulu, di sekitar Waru ada MBO (Markas Besar Oelama) yang menjadi tempat berkumpulnya para ulama yang dipimpin Mbah Wahab (KH Wahab Chasbullah) untuk perjuangan 10 November 1945, Mbah Wahab yang mengkoordinasikan para kiai sepuh disitu," ujarnya.
Untuk itu, ketika era Wali Kota Surabaya Almarhum Sunarto, ia meminta rumah di Waru tersebut dibeli untuk dijadikan bukti sejarah dan akhirnya dibeli, lalu diberikan kepada NU Surabaya.
"Sekarang nggak tahu bagaimana nasibnya, saya berharap NU merawat gedung bersejarah tersebut," katanya.
Selain itu, pihaknya berharap momentum Resolusi Jihad yang dicetuskan para Kiai NU pada tahun 1945 hendaknya dijadikan semangat para generasi muda NU untuk menghidupkan kembali berbagai kegiatan bernilai budaya Islam Ahlusunnah Wal Jamaah guna menumbuhkan kembali rasa nasionalisme.
"Nilai-nilai Aswaja harus ditumbuhkan lagi di Surabaya, seperti kegiatan Manakiban atau lailatul ijtimak, karena hal ini menjadi salah satu ciri khas NU. Dahulu, para kiai memanfaatkan kegiatan tersebut untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kebangsaan, " ungkap Cak Anam.
Dalam konteks berbeda, Sekretaris Provinsi Jawa Timur Ir Achmad Soekardi mengharapkan momentum Resolusi Jihad hendaknya menjadi refleksi bersama untuk mengusir penjajahan.
"Kalau sekarang, bentuknya kita harus melawan segala bentuk intervensi dalam kebijakan ekonomi, politik, reformasi hukum demi mewujudkan cita-cita awal pendiri bangsa ini yaitu mensejahterakan rakyat Indonesia," katanya.
Saat ini, tantangan yang harus dihadapi dalam semangat jihad adalah menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) untuk membuka koridor baru yang harus dipetik manfaatnya oleh Jawa Timur.
"Dengan semangat resolusi jihad tersebut, Jawa Timur bertekad menjadi basis perdagangan, industri dan investasi dan tenaga kerja ahli. Jawa Timur juga harus membangun regulasi yang bisa memihak pada pelayanan publik dalam upaya menghadapi MEA 2015," katanya.
Regulasi yang memihak itu antara lain membangun SMK Mini, membuat dan memperkuat perwakilan perdagangan antarpulau dan membuat basis ekonomi dalam negeri. "Itu nasionalisme bentuk baru di era perdagangan bebas dan itulah upaya melestarikan spirit Resolusi Jihad," katanya.
Senada dengan itu, Direktur Museum NU Dr Muhibbin Zuhri mengatakan bahwa Kegiatan peringatan Resolusi Jihad dimaksudkan untuk mengajak para pemuda di Jawa Timur untuk melakukan revitalisasi semangat Resolusi Jihad di era reformasi.
"Revitalisasi jihad perlu dikobarkan kembali, misalnya dengan mendesak para penyelenggara negara untuk meninjau kembali reformasi yang, ternyata tidak membikin ketatanegaraan kita semakin baik, tetapi justru sebaliknya semakin buruk," katanya.
Kegiatan tersebut juga diisi orasi kebangsaan yang menampilkan budayawan "Celurit Emas" asal Madura, KH Zawawi Imron yang dihadiri oleh sekitar 500 kalangan pemuda Nahdliyin yang tergabung dalam Bina Pemuda Jawa Timur dan ormas Nahdhiyah Cinta Indonesia (NCI).
Selanjutnya, Minggu (22/11) dilakukan Napak Tilas menuju Pondok Pesantren Tebuireng Jombang untuk berziarah ke makam para pencetus Resolusi Jihad yaitu KH Hasyim Asy'ari dan dan diteruskan ke Pondok Pesantren Tambakberas, berziarah ke makam KH Wahab Chasbullah. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Agar tetap bisa menjadi bukti untuk generasi yang akan datang tentang nasionalisme para ulama pada era revolusi perjuangan di Surabaya," katanya dalam peringatan 70 tahun Resolusi Jihad di halaman Museum NU Surabaya, Sabtu (21/11) malam.
Dalam peringatan yang diselenggarakan Bina Pemuda Jawa Timur bekerja sama dengan Museum NU Surabaya itu, ia menjelaskan cagar budaya peninggalan para ulama yang harus dilestarikan itu antara lain gedung markas besar ulama di sekitar Waru Sidoarjo.
"Dulu, di sekitar Waru ada MBO (Markas Besar Oelama) yang menjadi tempat berkumpulnya para ulama yang dipimpin Mbah Wahab (KH Wahab Chasbullah) untuk perjuangan 10 November 1945, Mbah Wahab yang mengkoordinasikan para kiai sepuh disitu," ujarnya.
Untuk itu, ketika era Wali Kota Surabaya Almarhum Sunarto, ia meminta rumah di Waru tersebut dibeli untuk dijadikan bukti sejarah dan akhirnya dibeli, lalu diberikan kepada NU Surabaya.
"Sekarang nggak tahu bagaimana nasibnya, saya berharap NU merawat gedung bersejarah tersebut," katanya.
Selain itu, pihaknya berharap momentum Resolusi Jihad yang dicetuskan para Kiai NU pada tahun 1945 hendaknya dijadikan semangat para generasi muda NU untuk menghidupkan kembali berbagai kegiatan bernilai budaya Islam Ahlusunnah Wal Jamaah guna menumbuhkan kembali rasa nasionalisme.
"Nilai-nilai Aswaja harus ditumbuhkan lagi di Surabaya, seperti kegiatan Manakiban atau lailatul ijtimak, karena hal ini menjadi salah satu ciri khas NU. Dahulu, para kiai memanfaatkan kegiatan tersebut untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kebangsaan, " ungkap Cak Anam.
Dalam konteks berbeda, Sekretaris Provinsi Jawa Timur Ir Achmad Soekardi mengharapkan momentum Resolusi Jihad hendaknya menjadi refleksi bersama untuk mengusir penjajahan.
"Kalau sekarang, bentuknya kita harus melawan segala bentuk intervensi dalam kebijakan ekonomi, politik, reformasi hukum demi mewujudkan cita-cita awal pendiri bangsa ini yaitu mensejahterakan rakyat Indonesia," katanya.
Saat ini, tantangan yang harus dihadapi dalam semangat jihad adalah menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) untuk membuka koridor baru yang harus dipetik manfaatnya oleh Jawa Timur.
"Dengan semangat resolusi jihad tersebut, Jawa Timur bertekad menjadi basis perdagangan, industri dan investasi dan tenaga kerja ahli. Jawa Timur juga harus membangun regulasi yang bisa memihak pada pelayanan publik dalam upaya menghadapi MEA 2015," katanya.
Regulasi yang memihak itu antara lain membangun SMK Mini, membuat dan memperkuat perwakilan perdagangan antarpulau dan membuat basis ekonomi dalam negeri. "Itu nasionalisme bentuk baru di era perdagangan bebas dan itulah upaya melestarikan spirit Resolusi Jihad," katanya.
Senada dengan itu, Direktur Museum NU Dr Muhibbin Zuhri mengatakan bahwa Kegiatan peringatan Resolusi Jihad dimaksudkan untuk mengajak para pemuda di Jawa Timur untuk melakukan revitalisasi semangat Resolusi Jihad di era reformasi.
"Revitalisasi jihad perlu dikobarkan kembali, misalnya dengan mendesak para penyelenggara negara untuk meninjau kembali reformasi yang, ternyata tidak membikin ketatanegaraan kita semakin baik, tetapi justru sebaliknya semakin buruk," katanya.
Kegiatan tersebut juga diisi orasi kebangsaan yang menampilkan budayawan "Celurit Emas" asal Madura, KH Zawawi Imron yang dihadiri oleh sekitar 500 kalangan pemuda Nahdliyin yang tergabung dalam Bina Pemuda Jawa Timur dan ormas Nahdhiyah Cinta Indonesia (NCI).
Selanjutnya, Minggu (22/11) dilakukan Napak Tilas menuju Pondok Pesantren Tebuireng Jombang untuk berziarah ke makam para pencetus Resolusi Jihad yaitu KH Hasyim Asy'ari dan dan diteruskan ke Pondok Pesantren Tambakberas, berziarah ke makam KH Wahab Chasbullah. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015