Angan-angan Pemerintah Kota Surabaya untuk bisa meramaikan Sentra Ikan Bulak (SIB) sebagai upaya mempromosikan dan memperkenalkan berbagai produk hasil perikanan warga setempat di kawasan Kenjeran dan Bulak, tampaknya belum dapat terwujud.

Buktinya, kini banyak pedagang yang tidak mau menempati tempat itu dengan alasan sepi pengunjung, padahal pemerintah menyewakan tempat itu secara gratis. Mereka mengeluhkan sepinya pengunjung yang datang ke tempat itu.

Pada awal diresmikan pada 2012, pedagang menunjukkan antusias dalam menempati semua kios-kios, namun pada 2013, aktivitas jual beli mulai berkurang dan pada 2014 hingga 2015 hanya beberapa pedagang yang berjualan di SIB.

Seorang penjual makanan dan minuman yang masih bertahan di tempat itu, Ahmad Ali Sugiono (52), mengeluhkan kondisi SIB yang kian hari kian sepi pengunjung itu.

Pria yang sudah sekitar 20 tahun menjadi penjual makanan dan minuman di sekitar pantai Kenjeran ini berharap pemerintah segera memberikan solusi atas kondisi tersebut.

"Saya memilih untuk berjualan di sini karena saya sudah tua, saya sudah capek kalau jualan di batu-batu dan digusur-gusur terus. Tapi kalau tidak ada perkembangan dalam satu tahun lagi, saya juga akan pindah," kata Ahmad.

Ia menceritakan, pada awal-awal peresmian SIB, setiap kios penuh dan terisi oleh para penjual. Namun, setelah beberapa minggu kemudian, akhirnya banyak yang memutuskan untuk kembali berjualan di tempat semula.

"Saya bisa meraih untung 50-60 ribu rupiah per-hari, ketika masih berjualan di batu-batu, pinggiran pantai kenjeran. Sekarang tidak tentu, bisa dapat untung sedikit saja, saya sudah bersyukur," katanya.

Hal sama juga dikatakan pedagang ikan laut, Sutatik. Ia mengatakam di awal-awal berdiri, semua stan/anjungan di SIB penuh. Di lantai satu ada 96 kios, sedang di lantai dua ada 116 kios.

"Karena pembelinya malas ke sini, para pedagang pilih berjualan kembali di pinggir jalan. Khususnya di Jalan Kejawan Lor," katanya.

Sutatik menduga akses jalan menjadi salah satu penyebab pengunjung malas datang ke SIB, terutama akses jalan dari arah utara. Berbeda dengan akses dari selatan yang sudah dibuat jalan kembar, yang dari utara masih sempit.

Anggota DPRD Kota Surabaya Reni Astuti menilai pemerintahan kota setempat kurang mempromosikan SIB sehingga sepi pengunjung. Sepinya pasar dua lantai yang memiliki 212 stan/anjungan itu karena tidak ditunjang dengan infrastruktur yang memadai.

"Keberadaan Pantai Ria Kenjeran yang banyak dikunjungi warga sebagai destinasi wisata juga tidak mampu merangsang pedagang berjualan di SIB," katanya.

Menurut dia, promosi Pemerintah Kota Surabaya untuk SIB ini masih sangat minim. "Akan percuma membangun pasar dengan biaya yang besar tapi sepi, untuk itu pemkot perlu membuat terobosan baru," katanya.

Tri Rismaharini sempat menyayangkan jika sentra yang sudah disediakan untuk para PKL tidak difungsikan. Namun demikian, pihaknya terus berupaya untuk meramaikan SIB.

"Tempat ini nantinya akan kita hiasi dengan tanaman serta kita pagari agar tidak dipakai untuk berjualan lagi. Biar mereka kembali lagi ke tempat yang sudah kita sediakan, yakni di sentra ikan Bulak," katanya.

Stasiun monorel juga disiapkan persis di depan SIB. Lokasi yang disiapkan itu sekarang digunakan danau kecil.

Selain itu, untuk bisa lebih meramaikan SIB, Pemkot saat ini terus berusaha menyelesaikan pembangunan jalan dari Jembatan Suramadu hingga ke Bandara Juanda Surabaya.

Diyakini, apabila akses jalan tersebut sudah terbangun maka orang-orang yang akan ke Juanda pasti akan singgah ke SIB. Selain itu, Pemkot juga akan membangun plaza di sekitar SIB. Dengan demikian pengunjung plaza sekaligus bisa berbelanja ikan panggang di SIB.

"Kami yakin nantinya SIB pasti akan ramai apabila infrastruktur di sekitarnya dibangun, dan kami jamin SIB akan seramai sentra ikan hias Gunungsari sekarang ini. Dulu, sentra ikan hias Gunungsari sangat sepi tapi setelah infrastruktur tertata kini menjadi sangat ramai," kata Risma.

Selain itu, upaya lain untuk meramaikan SIB adalah Pemkot Surabaya menggelar Jambore Batu Mulia Nasional di SIB pada 11-15 Juni 2015. Acara tersebut cukup berhasil karena banyak diikuti peserta dari luar daerah serta pengunjung yang cukup banyak setiap harinya.

Sekretaris Kota (Sekkota) Surabaya Hendro Gunawan mengatakan Pemkot Surabaya melihat fenomena batu mulia yang lagi marak di Tanah Air sebagai salah satu cara efektif untuk memberdayakan perekonomian warga di Kota Pahlawan.

Upaya pemberdayaan ekonomi warga melalui batu mulia itu diwujudkan Pemkot Surabaya dengan merancang gelaran Jambore Batu Akik yang berskala nasional yang merupakan hasil sinergi Pemkot Surabaya.

Ia mengatakan ada puluhan pecinta batu mulia dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, sudah menyatakan kesediaannya untuk ikut memeriahkan jambore batu akik tersebut.

Terkait pemilihan SIB sebagai lokasi jambore, Hendro menyebut untuk lebih mengoptimalkan fungsi bangunan yang diresmikan sejak 2012 dan menjadi salah satu ikon Surabaya ini. Bila nanti responsnya bagus, jambore ini bisa digelar rutin.

"Kita ingin berdayakan gedung yang sudah dibangun selain untuk warga berjualan hasil olahan ikan, juga disinergikan dengan kegiatan ekonomi yang salah satunya dengan pemberdayaan ekonomi. Kita libatkan semua stakeholder, termasuk sinergi dengan pedagang di sekitar SIB," katanya.

   
Jembatan Kenjeran

Untuk bisa meramaikan SIB --selain dibangun jalan dan Plaza, Pemkot berencana merealisasi pembangunan jembatan di atas laut Kenjeran. Jika melintas Jembatan Kenjeran pada sore hari maka warga yang melintas akan disuguhi pemandangan air mancur yang bisa menari.

"Konsep Kenjeran itu saya adopsi dari Busan Korsel. Jadi, kalau mau lihat air mancur menari-nari tidak perlu jauh-jauh ke Busan tapi cukup ke Kenjeran dan singgah ke SIB nantinya," tutur Risma.

Rencana pembangunan jembatan di atas laut Kenjeran lengkap dengan fasilitas rekreasi senilai Rp207 miliar dianggap solusi, yang akan membuat lokasi ini ramai pengunjung. Salah satu ujung jembatan ini berada di sisi selatan SIB dengan jarak kurang dari satu kilometer.

Risma bercita-cita ingin menjadikan Kenjeran sebagai kampung wisata "rasa" nelayan seperti halnya kampung-kampung pesisir di Eropa.

Pada awalnya, ia ingin membuat kawasan di Kenjeran dan Bulak menjadi bersih, terutama saluran (drainase) di sana yang sering mampet.

Selanjutnya, Pemkot Surabaya ingin memasang box culvert, namun akhirnya berkembang dengan interkoneksi dengan pembangunan jalur lingkar timur luar.

Namun demikian, untuk membuat jalur yang menghubungkan itu tentunya ada banyak rumah yang dibebaskan. Saat itu, Risma tidak berkenan jika solusi itu membuat warga terusir, sehingga tercetuslah jembatan di atas laut yang menghubungkan Jembatan Suramadu dan Jalur Lingkar Luar Timur.

Jembatan ini dibangun mulai dari Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran, proyek jalur luar lingkar timur Surabaya, lalu mengular hingga ke kawasan Sentra Ikan Bulak (SIB) dan kampung nelayan di Nambangan, Kedung Cowek.

Jembatan Kenjeran akan menjadi ikon kota atau "tetenger" terbaru dan terunik bagi masyarakat. Fisik dari Jembatan Kenjeran ini nantinya akan terbentang sepanjang 800 meter dan lebar 18 meter serta mempunyai ketinggian 12 meter dari permukaan pantai.

Jembatan dengan nilai sebesar Rp207 miliar ini akan ditopang oleh 150 tiang pancang dan akan dilengkapi oleh permainan air mancur di sepanjang sisinya. Kawasan di sekitar jembatan ini akan dikonsep seperti Tanjung Benoa, Nusa Dua Bali.

Akan terdapat beberapa wahana permainan air di dalamnya seperti parasailing, banana boat, serta permainan wisata air lainnya. Dengan adanya proyek ini, warga sekitar akan dibudayakan untuk ikut mengelola wahana wisata yang ada.

"Diperkirakan, Jembatan Kenjeran ini akan selesai dan dapat dinikmati pada tahun 2016, karena pembangunan proyek Jembatan Kenjeran ini memang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Pemkot Surabaya, Erna Purnawati.

Tingginya tingkat kesulitan itu terkait dengan sebagian besar kaki jembatan akan berada di laut. Untuk menampung enam lajur kendaraan roda empat, maka tiang pancang akan dibangun selebar hingga 18 meter.

"Jembatan ini tak hanya sebagai sarana transportasi semata, tapi juga penggerak perekonomian masyarakat setempat yang rata-rata kurang mampu," ujarnya.

Kepala Bidang Perancangan dan Pemanfaatan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya, GanjarSiswo Pramono mengatakan meski saat ini proses pengerjaan baru 60 persem, pihaknya tetap optimistis pembangunan Jembatan Kenjeran tuntas tahun ini.

Pemkot mengakui bahwa saat ini progres pengerjaan belum terlihat, tapi dalam tiga bulan, proyek dipastikan selesai.

Menurut Ganjar, apapun yang terjadi, proyek itu harus selesai tahun ini juga. "Ada beberapa penunjang dari jembatan ini. Jadi, tak hanya sekedar jembatan. Penunjang itu seperti air mancur. Bahkan jembatan ini juga dilengkapi dengan lift," katanya.

Dalam proyek ini, Pemkot membebaskan sebanyak 15 persil tanah dan 32 bangunan. Total luasan lahan yang dibutuhkan mencapai 6 hektare. Proyek masuk dalam Perda (Peraturan Daerah) tentang RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) dan diperuntukkan kawasan wisata.

"Untuk menunjang kawasan wisata Kenjeran ini, kami juga melakukan pelebaran jalan didaerah sana," ujarnya.

Kepala Bidang Fisik Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Gde Dwija Djaja Wardhana menambahkan, selain untuk menata arus transportasi, jembatan ini bisa menjadi tujuan wisata.

"Di bagian tengah jembatan itu akan ada ruang yang cukup lebar yang bisa digunakan warga untuk bersantai. Mereka juga bisa berfoto-foto di sana sambil menikmati pemandangan laut," katanya. (Selesai) (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015