Tak ada gurat kemewahan yang dipertontonkan dalam gelaran Festival Kampung Cempluk (FKC). Begitu bersahaja, begitu merakyat. Tidak ada sekat yang menganga antara masyarakat dan "artis-artis" pengisi perhelatan seni dan budaya yang hampir seluruhnya berakar dari masyarakat setempat.
Itu berbeda dengan festival-festival seni dan budaya lainnya, yang lebih banyak menyuguhkan kemewahan dan menghabiskan dana hingga ratusan juta, bahkan miliaran rupiah.
Berangkat dari ide seorang pecinta seni dan begitu peduli dengan kelestarian seni dan budaya yang dari tahun ke tahun terus tergerus perkembangan teknologi dan budaya barat, FKC digelar dengan sangat sederhana, hanya ditandai dengan menyalakan sejumlah cempluk (penerangan yang menggunakan minyak tanah) dan pawai budaya ala desa.
Festival seni dan budaya "rasa" desa inilah yang menjadi magnet bagi pengunjung, bahkan dari tahun ke tahun terus berkembang hingga memantik simpati dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa, pemerhati budaya hingga seniman. Tidak hanya seniman lokal, tetapi juga nasional.
Meski tak disokong anggaran dari pemerintah, FKC tetap berjalan, tetap digelar dengan dana seadanya yang dikumpulkan dari para pecinta seni donator dan masyarakat sekitar. Dan, berbagai atraksi seni serta budaya bisa dinikmati warga maupun pengunjung dari berbagai daerah selama sepekan penuh.
Seni dan budaya yang disuguhkan masih tidak jauh-jauh dari seni lokal yang benar-benar bernuansa desa, bahkan jajanan yang dijual selama FKC itu juga jajanan tradisional masa lalu, seperti ketan bubuk, cenil, lupis dan masih banyak jajanan tradisional lainnya yang bisa ditemukan di festival tersebut.
Festival Kampung Cempluk (FKC) yang sepertinya mengadopsi Malang Tempoe Doeloe (MTD) yang digelar di Kota Malang sebagai rangkaian HUT kota pendidikan itu juga menyuguhkan berbagai pergelaran yang tak kalah menariknya, bahkan mulai hari pertama yang dibuka dengan pawai budaya dan ditandai dengan menyalakan cempluk itu cukup menarik bagi wisatawan.
Dalam festival itu, setiap hari pengunjung disuguhi berbagai macam atraksi, bahkan pengunjung juga bisa memraktikkannya. Misalnya, pengunjung bisa menabuh gamelan dengan dipandu instruktur, membuat topeng khas Malangan di padepokan Panji Asmorobangun yang diusung ke area festival, serta memainkan wayang kulit maupun menari.
Festival yang tidak pernah sepi dari arus pengunjung itu juga menghadirkan beberapa grup band modern hingga grup musik religi "Debu". Selain itu, juga digelar diskusi tentang budaya dan seni dengan menghadirkan para tokoh seni dan pemerhati budaya di kawasan Malang raya maupun daerah lain Nusantara).
Selama perhelatan Festival Kampung Cempluk banyak ragam kegiatan yang ditampilkan, diantaranya Parade Budaya Kampung Cempluk, Cempluk Bergerak (kesenian tari), Cempluk Berbunyi (musik dan eksplorasi bunyi/kontemporer), Cempluk Bersastra (teater, puisi dan lainnya), Cempluk Bernyanyi (band dan akustik), seni instalasi, pameran, permainan tradisional, kampung kuliner, sarasehan budaya dan pemutaran film.
Tahun ini, FKC menghadirkan hiburan baru yaitu wahana aneka permainan tradisional zaman dulu lengkap dengan panduan dan pengunjung pun bebas memainkannya.
Berbeda dengan gelaran FKC sebelumnya yang hanya di lingkup Dusun Sumberjo, FKC 2015 melibatkan banyak komunitas seni dan budaya, termasuk peran aktif warga Kalisongo sebagai tuan rumah. Secara umum, lokasi festival berada di sepanjang jalan Sumberjo-Kalisongo.
Ada tiga stage yang dibagi rata yaitu Panggung Bapang, Panji Asmoro dan Panggung Kelana. Tiap RT dilibatkan, terutama koordinasi untuk pemadaman listrik di Sumberejo mulai pukul 17.00-22.00 WIB ketika acara berlangsung. Penerangan akan diganti lampu tradisional. Aneka dagangan yang dijual juga harus bernuansa tradisional.
Pada tiga hari awal kegiatan, FKC akan diisi oleh potensi-potensi dari warga Kalisongo. Hari ke 4-6 diisi oleh talenta dari luar, baik dari komunitas maupun seniman tamu. Pada hari ke-7 menjadi ajang kolaborasi seluruh peserta.
Selama sepekan penuh, masyarakat dan pengunjung disuguhi kesenian dan pertunjukan yang berbeda dan selalu baru. Untuk menikmati FKC ini tidak membutuhkan biaya besar karena semua yang disuguhkan, harganya sangat terjangkau, mulai dari makanan hingga oleh-oleh.
Untuk menjangkau lokasi Kampung Cempluk juga tidak sulit karena lokasinya berbatasan dengan Kota Malang, yakni di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Jika dijangkau dari pusat Kota Malang (alun-alun) hanya beberapa kilometer saja ke arah barat.
Festival Kampung Cempluk ini akan dijadikan agenda tahunan untuk menarik arus kunjungan wisatawan, karena ke depan juga dikemas sebagai destinasi wisata baru di Kabupaten Malang, selain hamparan pantai eksotik yang masih alami dan bertebaran di wilayah selatan Malang.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Itu berbeda dengan festival-festival seni dan budaya lainnya, yang lebih banyak menyuguhkan kemewahan dan menghabiskan dana hingga ratusan juta, bahkan miliaran rupiah.
Berangkat dari ide seorang pecinta seni dan begitu peduli dengan kelestarian seni dan budaya yang dari tahun ke tahun terus tergerus perkembangan teknologi dan budaya barat, FKC digelar dengan sangat sederhana, hanya ditandai dengan menyalakan sejumlah cempluk (penerangan yang menggunakan minyak tanah) dan pawai budaya ala desa.
Festival seni dan budaya "rasa" desa inilah yang menjadi magnet bagi pengunjung, bahkan dari tahun ke tahun terus berkembang hingga memantik simpati dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa, pemerhati budaya hingga seniman. Tidak hanya seniman lokal, tetapi juga nasional.
Meski tak disokong anggaran dari pemerintah, FKC tetap berjalan, tetap digelar dengan dana seadanya yang dikumpulkan dari para pecinta seni donator dan masyarakat sekitar. Dan, berbagai atraksi seni serta budaya bisa dinikmati warga maupun pengunjung dari berbagai daerah selama sepekan penuh.
Seni dan budaya yang disuguhkan masih tidak jauh-jauh dari seni lokal yang benar-benar bernuansa desa, bahkan jajanan yang dijual selama FKC itu juga jajanan tradisional masa lalu, seperti ketan bubuk, cenil, lupis dan masih banyak jajanan tradisional lainnya yang bisa ditemukan di festival tersebut.
Festival Kampung Cempluk (FKC) yang sepertinya mengadopsi Malang Tempoe Doeloe (MTD) yang digelar di Kota Malang sebagai rangkaian HUT kota pendidikan itu juga menyuguhkan berbagai pergelaran yang tak kalah menariknya, bahkan mulai hari pertama yang dibuka dengan pawai budaya dan ditandai dengan menyalakan cempluk itu cukup menarik bagi wisatawan.
Dalam festival itu, setiap hari pengunjung disuguhi berbagai macam atraksi, bahkan pengunjung juga bisa memraktikkannya. Misalnya, pengunjung bisa menabuh gamelan dengan dipandu instruktur, membuat topeng khas Malangan di padepokan Panji Asmorobangun yang diusung ke area festival, serta memainkan wayang kulit maupun menari.
Festival yang tidak pernah sepi dari arus pengunjung itu juga menghadirkan beberapa grup band modern hingga grup musik religi "Debu". Selain itu, juga digelar diskusi tentang budaya dan seni dengan menghadirkan para tokoh seni dan pemerhati budaya di kawasan Malang raya maupun daerah lain Nusantara).
Selama perhelatan Festival Kampung Cempluk banyak ragam kegiatan yang ditampilkan, diantaranya Parade Budaya Kampung Cempluk, Cempluk Bergerak (kesenian tari), Cempluk Berbunyi (musik dan eksplorasi bunyi/kontemporer), Cempluk Bersastra (teater, puisi dan lainnya), Cempluk Bernyanyi (band dan akustik), seni instalasi, pameran, permainan tradisional, kampung kuliner, sarasehan budaya dan pemutaran film.
Tahun ini, FKC menghadirkan hiburan baru yaitu wahana aneka permainan tradisional zaman dulu lengkap dengan panduan dan pengunjung pun bebas memainkannya.
Berbeda dengan gelaran FKC sebelumnya yang hanya di lingkup Dusun Sumberjo, FKC 2015 melibatkan banyak komunitas seni dan budaya, termasuk peran aktif warga Kalisongo sebagai tuan rumah. Secara umum, lokasi festival berada di sepanjang jalan Sumberjo-Kalisongo.
Ada tiga stage yang dibagi rata yaitu Panggung Bapang, Panji Asmoro dan Panggung Kelana. Tiap RT dilibatkan, terutama koordinasi untuk pemadaman listrik di Sumberejo mulai pukul 17.00-22.00 WIB ketika acara berlangsung. Penerangan akan diganti lampu tradisional. Aneka dagangan yang dijual juga harus bernuansa tradisional.
Pada tiga hari awal kegiatan, FKC akan diisi oleh potensi-potensi dari warga Kalisongo. Hari ke 4-6 diisi oleh talenta dari luar, baik dari komunitas maupun seniman tamu. Pada hari ke-7 menjadi ajang kolaborasi seluruh peserta.
Selama sepekan penuh, masyarakat dan pengunjung disuguhi kesenian dan pertunjukan yang berbeda dan selalu baru. Untuk menikmati FKC ini tidak membutuhkan biaya besar karena semua yang disuguhkan, harganya sangat terjangkau, mulai dari makanan hingga oleh-oleh.
Untuk menjangkau lokasi Kampung Cempluk juga tidak sulit karena lokasinya berbatasan dengan Kota Malang, yakni di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Jika dijangkau dari pusat Kota Malang (alun-alun) hanya beberapa kilometer saja ke arah barat.
Festival Kampung Cempluk ini akan dijadikan agenda tahunan untuk menarik arus kunjungan wisatawan, karena ke depan juga dikemas sebagai destinasi wisata baru di Kabupaten Malang, selain hamparan pantai eksotik yang masih alami dan bertebaran di wilayah selatan Malang.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015