"Dengan tanam sebar, petani bisa menghemat biaya garap lahan hingga Rp2,5 juta setiap hektarenya," ujar Ketua Komunitas Petani Tanam Sebar (KPTS) Kabupaten Madiun, Triyono Basuki, saat peluncuran gerakan teknik tanam sebar dengan perwakilan petani yang tergabung dalam Gerakan Petani Nusantara (GPN) di Lapangan Sawahan, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Kamis.
Selain itu, teknik tanam sebar juga irit dalam penggunaan pupuk sekitar 20-30 persen dibandingkan cara konvensional, serta irit dalam penggunaan benih yang hanya butuh 20 kilogram dari cara biasa yang membutuhkan hingga 45 kilogram per hektare.
"Untuk hasilnya, jika sama-sama dirawat dengan baik, terjadi peningkatan produktivitas 20-30 persen dari sistem tanam konvensional. Dari hasil biasa sekitar 7 ton, dengan tanam sebar bisa meningkat hingga 9 ton per hektare. Bahkan di kondisi tanah yang premium, petani kami bisa menghasilkan 14,2 ton per hektare," kata dia.
"Sejauh ini, sistem tersebut telah digunakan di sekitar 200 hektare sawah yang ada di Kabupaten Madiun. Diharapkan, luasan tersebut terus meningkat agar para petani juga mendapatkan manfaat kelebihannya," terangnya.
Bupati Madiun Muhtarom mengatakan, teknik tanam sebar tersebut sangat cocok untuk meningkatkan indeks pertamanan di Kabupaten Madiun, sehingga mendukung program swasembada pangan tahun 2017.
"Pemkab Madiun sangat mendukung inovasi para petani ini. Bahkan sistem pola tanam ini telah dilirik oleh IPB dan Bank Indonesia (BI) Kediri," kata Bupati.
Selain peluncuran teknik tanam sebar, juga dilakukan dialog perwakilan petani dengan anggota Watimpres dan festival layang-layang petani nusantara yang menerbangkan sekitar 100 layang-layang merah putih dengan melibatkan persatuan pekarya layang-layang Indonesia (Perkali). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015