Kediri (Antara Jatim) - Petugas dari kesehatan hewan Dinas Pertanian Kota Kediri, Jawa Timur, memeriksa kualitas daging kurban yang disembelih, dan meminta daging yang jelek dibuang.

"Kami sudah lakukan pemeriksaan daging serta organ dalamnya, ada jantung, hati, limpa, semuanya diperiksa dan kondisinya bagus," kata Dokter Hewan Pujiono setelah memeriksa daging kurban di RS Muhammadiyah Kota Kediri, Rabu.

Ia mengatakan pemeriksaan itu penting dilakukan guna mengetahui kualitas daging, terlebih lagi daging itu diberikan pada masyarakat. Jika ada daging yang kualitasnya jelek, misalnya hati yang terkena cacing agar dibuang dan tidak diberikan ke warga.

Ia menambahkan, kualitas daging yang diperiksa di rumah sakit ini termasuk hati cukup bagus. Hal itu dilihat dari kondisi warna dagingnya yang ternyata bagus, elastis, dan tidak terdapat gejala penyakit.

"Hati yang sehat itu warnanya bagus, kekenyalan juga bagus, dipencet juga tidak remuk," jelasnya.

Walaupun secara kualitas daging diketahui semuanya bagus, ia sempat memberikan masukan jika proses penyembelihan kurang memerhatikan tingkat kesejahteraan hewan, di antaranya saat proses menjatuhkan sapi sebelum disembelih.

Selain itu, saat menyembelih juga tidak tepat menghadapi ke arah kiblat, padahal disunahkan menyembelih ke ke arah kiblat.

Ia juga mengatakan, untuk saat ini memang satu lokasi yang dipantau. Kegiatan itu akan dilakukan besok, Kamis (24/9), setelah perayaan Shalat Idul Adha di sejumlah lokasi di Kota Kediri, salah satunya di Masjid Agung Kota Kediri.

Sementara itu, panitia pemotongan hewan kurban di RS Muhammadiyah Kediri Muri Andayat mengatakan dalam kesempatan ini ada tiga ekor sapi yang dipotong serta tujuh ekor kambing.

"Nantinya setiap daging dipotong menjadi 4 ons dan dibagi. Untuk daging sapi menjadi 1.200 bungkus dan daging kambing menjadi 120 bungkus," ujarnya.

Ia mengatakan, daging itu akan diberikan pada warga sekitar, keluarga pasien, serta pegawai rumah sakit. Untuk warga, nantinya akan meminta bantuan dari rukun tetangga masing-masing, sehingga tidak terlalu antre mengambil di rumah sakit.

"Kalau pakai kartu nantinya terlalu antre lama, jadi kami memanggil ketua RT dan memintanya membagikan pada warganya. Pengambilan sore ini," katanya.

Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Idul Adha pada 23 September, berbeda dengan pemerintahan yang menetapkan oleh pemerintah pada 24 September.  

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir mengatakan adanya perbedaan ini karena karena metode yang berbeda. Warga Muhammadiyah melakukan perhitungan dengan metode hisab, sementara pemerintah menggunakan metode rukyat. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015