Kediri (Antara Jatim) - Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) Kota Kediri, Jawa Timur, menemukan salah satu pemicu kelangkaan tabung elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram digunakan untuk rumah makan sekelas restoran.
"Kami sudah melakukan sidak (inspeksi mendadak) dan ada beberapa yang sudah kami beri peringatan," kata Kepala Bidang Energi dan Air Bawah Tanah Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) Kota Kediri Dian Ariani di Kediri, Senin.
Ia mengatakan, tim langsung mendatangi warung tersebut dan melihat langsung lokasi dapur dan mendapati penggunaan tabung elpiji ukuran 3 kilogram.
Padahal, sesuai dengan aturan, untuk warung makan besar atau sekelas restoran tidak diperbolehkan menggunakan tabung elpiji ukuran 3 kilogram melainkan yang nonsubsidi. Tabung bersubsidi, 3 kilogram hanya boleh untuk usaha kecil, sekelas pedagang kaki lima (PKL).
Dian mengaku sudah meminta keterangan kepada pemilik warung makan tersebut dan dari keterangannya penggunaan elpiji ukuran 3 kilogram itu karena pekerjaanya adalah kelas rumah tangga.
Ia meminta agar pengelola warung makan mengganti tabung elpiji ukuran 3 kilogram dengan tabung nonsubsidi, yaitu 12 kilogram. Dinas juga akan terus memantau warung bersangkutan, dengan harapan tidak menggunakan tabung bersubsidi untuk keperluan bisnis.
"Harus diganti ukuran 12 kilograam. Nanti jika bandel, kami lapor ke polisi," katanya.
Elpiji ukuran 3 kilogram di Kota Kediri sempat langka. Hal ini memicu harga elpiji tersebut naik drastis, bahkan di tingkat pengecer mencapai Rp20 ribu per tabung ukuran 3 kilogram.
Ketua Hiswana Migas Kediri David T Wahyudi mengatakan sudah meminta untuk penambahan alokasi tabung elpiji ukuran 3 kilogram di wilayah Kediri sampai 100 persen. Untuk wilayah Kota Kediri mendapatkan 372.960 tabung per bulan atau per hari mencapai 14.918 tabung. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Kami sudah melakukan sidak (inspeksi mendadak) dan ada beberapa yang sudah kami beri peringatan," kata Kepala Bidang Energi dan Air Bawah Tanah Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) Kota Kediri Dian Ariani di Kediri, Senin.
Ia mengatakan, tim langsung mendatangi warung tersebut dan melihat langsung lokasi dapur dan mendapati penggunaan tabung elpiji ukuran 3 kilogram.
Padahal, sesuai dengan aturan, untuk warung makan besar atau sekelas restoran tidak diperbolehkan menggunakan tabung elpiji ukuran 3 kilogram melainkan yang nonsubsidi. Tabung bersubsidi, 3 kilogram hanya boleh untuk usaha kecil, sekelas pedagang kaki lima (PKL).
Dian mengaku sudah meminta keterangan kepada pemilik warung makan tersebut dan dari keterangannya penggunaan elpiji ukuran 3 kilogram itu karena pekerjaanya adalah kelas rumah tangga.
Ia meminta agar pengelola warung makan mengganti tabung elpiji ukuran 3 kilogram dengan tabung nonsubsidi, yaitu 12 kilogram. Dinas juga akan terus memantau warung bersangkutan, dengan harapan tidak menggunakan tabung bersubsidi untuk keperluan bisnis.
"Harus diganti ukuran 12 kilograam. Nanti jika bandel, kami lapor ke polisi," katanya.
Elpiji ukuran 3 kilogram di Kota Kediri sempat langka. Hal ini memicu harga elpiji tersebut naik drastis, bahkan di tingkat pengecer mencapai Rp20 ribu per tabung ukuran 3 kilogram.
Ketua Hiswana Migas Kediri David T Wahyudi mengatakan sudah meminta untuk penambahan alokasi tabung elpiji ukuran 3 kilogram di wilayah Kediri sampai 100 persen. Untuk wilayah Kota Kediri mendapatkan 372.960 tabung per bulan atau per hari mencapai 14.918 tabung. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015