Malang (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Malang menggenjot jumlah populasi ternak sapi di wilayah itu, baik sapi perah maupun potong dengan pola inseminasi buatan (IB) atau kawin suktik dan pemberian bantuan bibit sapi jenis unggul kepada kelompok peternak.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Sudjono, Minggu, mengatakan sebenarnya teknologi IB mulai dikenalkan di Kabupaten Malang pada tahun 1974, yakni dikenalkan pada peternak sapi perah di Kecamatan Pujon, Dau dan Batu, namun respon peternak sangat minim.
"Sedangkan untuk sapi potong, teknologi IB dikenalkan pada peternak di Kecamatan Wajak dan Turen pada tahun 1977. Responnya pun juga sangat kecil, namun lambat laun mulai ada peningkatan, sehingga pada tahun 2014 terus berkembang dan meluas di 31 kecamatan untuk sapi perah dan 15 kecamatan untuk sapi potong," ujar Sudjono di Malang.
Dengan semakin berkembangnya pola IB tesrebut, lanjutnya, pihaknya juga terus meningkatkan kualitas SDM, terutama inseminator, baik menambah jumlahnya maaupun kemampuannya serta menanmabah asisten teknis reproduksi. Selain itu juga melakukan pemeriksanaan terhadap kebuntingan sapi dan gangguan reproduksi.
Menurut dia, selain memonitor kinerja inseminator, masih banyak hal yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah populasi sapi di daerah itu, di antaranya meningkatkan koordinasi dan konsolidasi dengan kpoearsi, uji coba inovasi baru di bidang reproduksi ternak, sinkronisasi, transfer embrio untuk sapi potong dan sapi perah.
Ia mengemukakan setelah dilakukan inseminasi, sapi perah ditangani secara mandiri oleh masiang-masing koperasi dan perkembanganya pun juga cukup bagus karena teknologi IB tersebut mudah diaplikasikan pada masyarakat peternak, apalagi hampir 95 persen peternakan sapi di Kabupaten Malanga dalah peternakan rakyat.
"Program IB ini sekarang menjadi kegiatan unggulan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan daerah ini, sebab dari tahun ke tahun mengalami peningkatan cukup signifikan dan berkontribusi besar terhadap pembangunan peternakan daerah ini," ucapnya.
Populasi sapi di Kabupaten Malang setiap tahun juga cenderung meningkat. Pada 2014 misalnya meningkat 5,8 persen dengan total populasi sapi potong mencapai 199.431 ekor. Sedangkan angka kelahiran atau anakan sebanyak 58.831 ekor. Sapi potong tersebar di 33 kecamatan di Kabupaten Malang. Namun populasi sapi terpadat berada di wilayah kecamatan Poncokusmo, Wajak, Kalipare dan Pagedangan.
Sementara itu Bupati Malang Rendra Kresna sebelumnya mengatakan upaya peningkatan populasi tersebut untuk mendukung usaha swasembada daging nasional menyusul kebutuhan daging nasional yang masih impor. Karena selama ini kebutuhan daging masih bergantung impor dari Australia, Amerika dan India, sehingga Pemkab Malang berusaha untuk terus mendongkrak populasi sapi.
"Pemeriksaan kesehatan dan inseminasi buatan diberikan secara gratis. Kabupaten Malang mampu memberi kontribusi swasembada daging menyusul kondisi alam yang mendukung dengan sumber pakan yang melimpah," jelas dia.
Melalui kawin suntik mampu dihasilkan sapi unggul dan tahan penyakit. Kawin suntik menggunakan semen beku berkualitas untuk mendapat anakan yang bagus. Awalnya peternak banyak yang memelihara sapi peranakan Ongole atau Brahma. Untuk mendapatkan kualitas sapi dengan pertumbuhan yang cepat, banyak peternak yang beralih menggunakan bibit Limousin atau Simental, namun ternyata turunan ketiga atau F3 mengalami masalah reproduksi sehingga sulit mendapat keturunan.
"Oleh karena itu, metode IB ini sangat cocok untuk dikembangkan untuk menambah populasi sapi perah maupun potong di daerah ini," kata Rendra.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Sudjono, Minggu, mengatakan sebenarnya teknologi IB mulai dikenalkan di Kabupaten Malang pada tahun 1974, yakni dikenalkan pada peternak sapi perah di Kecamatan Pujon, Dau dan Batu, namun respon peternak sangat minim.
"Sedangkan untuk sapi potong, teknologi IB dikenalkan pada peternak di Kecamatan Wajak dan Turen pada tahun 1977. Responnya pun juga sangat kecil, namun lambat laun mulai ada peningkatan, sehingga pada tahun 2014 terus berkembang dan meluas di 31 kecamatan untuk sapi perah dan 15 kecamatan untuk sapi potong," ujar Sudjono di Malang.
Dengan semakin berkembangnya pola IB tesrebut, lanjutnya, pihaknya juga terus meningkatkan kualitas SDM, terutama inseminator, baik menambah jumlahnya maaupun kemampuannya serta menanmabah asisten teknis reproduksi. Selain itu juga melakukan pemeriksanaan terhadap kebuntingan sapi dan gangguan reproduksi.
Menurut dia, selain memonitor kinerja inseminator, masih banyak hal yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah populasi sapi di daerah itu, di antaranya meningkatkan koordinasi dan konsolidasi dengan kpoearsi, uji coba inovasi baru di bidang reproduksi ternak, sinkronisasi, transfer embrio untuk sapi potong dan sapi perah.
Ia mengemukakan setelah dilakukan inseminasi, sapi perah ditangani secara mandiri oleh masiang-masing koperasi dan perkembanganya pun juga cukup bagus karena teknologi IB tersebut mudah diaplikasikan pada masyarakat peternak, apalagi hampir 95 persen peternakan sapi di Kabupaten Malanga dalah peternakan rakyat.
"Program IB ini sekarang menjadi kegiatan unggulan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan daerah ini, sebab dari tahun ke tahun mengalami peningkatan cukup signifikan dan berkontribusi besar terhadap pembangunan peternakan daerah ini," ucapnya.
Populasi sapi di Kabupaten Malang setiap tahun juga cenderung meningkat. Pada 2014 misalnya meningkat 5,8 persen dengan total populasi sapi potong mencapai 199.431 ekor. Sedangkan angka kelahiran atau anakan sebanyak 58.831 ekor. Sapi potong tersebar di 33 kecamatan di Kabupaten Malang. Namun populasi sapi terpadat berada di wilayah kecamatan Poncokusmo, Wajak, Kalipare dan Pagedangan.
Sementara itu Bupati Malang Rendra Kresna sebelumnya mengatakan upaya peningkatan populasi tersebut untuk mendukung usaha swasembada daging nasional menyusul kebutuhan daging nasional yang masih impor. Karena selama ini kebutuhan daging masih bergantung impor dari Australia, Amerika dan India, sehingga Pemkab Malang berusaha untuk terus mendongkrak populasi sapi.
"Pemeriksaan kesehatan dan inseminasi buatan diberikan secara gratis. Kabupaten Malang mampu memberi kontribusi swasembada daging menyusul kondisi alam yang mendukung dengan sumber pakan yang melimpah," jelas dia.
Melalui kawin suntik mampu dihasilkan sapi unggul dan tahan penyakit. Kawin suntik menggunakan semen beku berkualitas untuk mendapat anakan yang bagus. Awalnya peternak banyak yang memelihara sapi peranakan Ongole atau Brahma. Untuk mendapatkan kualitas sapi dengan pertumbuhan yang cepat, banyak peternak yang beralih menggunakan bibit Limousin atau Simental, namun ternyata turunan ketiga atau F3 mengalami masalah reproduksi sehingga sulit mendapat keturunan.
"Oleh karena itu, metode IB ini sangat cocok untuk dikembangkan untuk menambah populasi sapi perah maupun potong di daerah ini," kata Rendra.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015