Pamekasan (Antara Jatim) - Sedikitnya 53,75 Hektare tanaman padi di Pamekasan, Pulau Madura, Jawa Timur, kini terancam gagal panen pada musim tanam kedua kali ini, akibat kekeringan yang melanda wilayah itu.

"Tanaman padi yang terancam gagal panen itu di empat kecamatan," kata Kepala Laboratorium PHPTPH (Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Holtikultura) Pamekasan Nurul Hidayat, saat rapat koordinasi upaya khusus (Upsus) swasembada di Makodim 0826 Pamekasan, Selasa.

Tanaman padi di empat kecamatan yang terancam gagal panen itu, masing-masing di Kecamatan Tlanakan, Pademawu, Galis dan Kecamatan Palengaan.

Menurut Nurul Hidayat, penyebabnya, karena dampak perubahan iklim, dan kekurangan air, sehingga banyak tanaman padi milik petani banyak yang mengalami kekeringan.

Rapat yang digelar rutin untuk mengevaluasi pencapaian program swasembada pangan di wilayah Kabupaten Pamekasan, dipimpin Dandim 0826 Letkol Arm Mawardi dan dihadiri oleh para Danramil, Mantri Tani, PPL, Kepala Bulog Sub Divre IV Madura, Disperindag, dan tim pendamping dari unsur mahasiswa pertanian, koordinator pupuk Kaltim di Pamekasan. 

Dalam kesempatan itu, Nurul Hidayati menjelaskan, dari empat kecamatan tersebut, lahan yang terkena dampak terluas di Kecamatan Pademawu 45,25 hektare pada padi varietas Ciherang, dengan umur antara 40 hingga 50 hari tanam. 

Upaya penanganan yang ditawarkan sebagai solusi dengan dilakukan strategi antisipasi, mitigasi dan adaptasi. 

"Strategi antisipasi merupakan upaya pencegahan untuk menghindari atau mencegah pengaruh yang merugikan dari ancaman bahaya/bencana. Beberapa upaya yang dilakukan melalui penyampaian informasi prakiraan iklim dari BMKG, pemetaan rawan kering dan banjir, perbaikan drainase dan pembuatan embung" jelas Nurul. 

Strategi kedua adalah mitigasi, merupakan kegiatan aktif untuk mencegah/memperlambat terjadinya dampak perubahan iklim, meliputi upaya pemilihan varietas yang tahan kering, mempercepat pengolahan tanah system TOT (tanpa olah tanah), pengendalian OPT dan pembuatan pori-pori tanah. 

Strategi yang terakhir adaptasi, adalah tindakan penyesuaian kegiatan dan penerapan teknologi yang disesuaikan dengan kondisi iklim setempat melalui upaya penggunaan pupuk organiK dan pengairan selang-seling.

"Penggunaan pupuk organik agar dimaksimalkan, karena pupuk organik bisa mengikat air" terang Nurul mengakhiri penjelasannya. 

Sementara itu Dandim 0826 Pamekasan meminta, para Danramil dan Babinsa berkoordinasi dengan PPL dan Mantri Tani mempelajari dan mengantisipasi kekeringan. 

"Koordinaskan dengan Mantri Tani dan PPL serta pihak terkait, segera ambil langkah penyelamatan," perintah Dandim. (*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015