Tulungagung, 19/5 (Antara) - Jumlah guru inklusi di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur masih jauh dari ideal, sebab dari 763 lembaga SD/MI di daerah tersebut, baru 15 pendidik di sekolah reguler yang telah memiliki sertifikasi mengajar siswa berkebutuhan khusus. "Secara kelembagaan maupun SDM (sumber daya manusia) guru, Tulungagung masih kekurangan," kata Kabid TK/SD/PLB Dindik Tulungagung, Iswanto di Tulungagung, Selasa. Ia mengungkapkan, dari 19 kecamatan yang ada di Tulungagung, jumlah sekolah inklusi tingkat SD/MI sampai saat ini baru tercatat sebanyak 28 lembaga. SD/MI inklusi baik yang berstatus negeri maupun swasta tersebut paling banyak terkonsentrasi di wilayah kota dan dataran, seperti di Kecamatan Tulungagung, Campurdarat, Bandung, Ngunut serta Ngantru. Sementara untuk daerah pelosok seperti Tanggunggunung, Pucanglaban, Besuki, Pagerwojo dan Sendang, lanjut dia, belum ada sekolah yang menyediakan kelas inklusi. "Jumlah guru inklusi yang memiliki kapasitas dan sertifikasi mengajar bagi siswa berkebutuhan khusus di SD reguler saja lebih sedikit dari jumlah lembaga yang tercatat sebagai sekolah inklusi. Ini artinya ada guru inklusi yang terpaksa mengajar lebih dari satu sekolah inklusi," ungkapnya. Terbatasnya jumlah sekolah inklusi maupun guru inklusi menurut Iswanto, berdampak terhadap layanan bagi siswa berkebutuhan khusus yang ada sekolah di SD/MI reguler. "Tak sedikit siswa berkebutuhan khusus ini tidak bisa terlayani di sekolah terdekat. Ini menghambat pengembangan program pendidikan bagi siswa yang memiliki ketunaan tapi tetap ingin bersekolah di sekolah reguler," imbuhnya. Idealnya, kata Iswanto, jumlah tenaga guru inklusi diperbanyak. "Jadi bukan sekolah inklusinya yang diperbanyak, tetapi guru yang memiliki kualifikasi mengajar inklusi yang diperbanyak. Bila perlu, setiap subrayon pendidikan ada beberapa guru inklusi sehingga layanan pendidikan inklusi di sekolah reguler bisa dikembangkan," ujarnya. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015