Jember (Antara Jatim) - Ratusan nelayan di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengeluhkan panjangnya pemecah ombak (break water) di sekitar pintu masuk dan keluarnya kapal di Plawangan Puger sehingga justru bisa membahayakan keselematan mereka.
"Penambahan panjang pemecah ombak itu malah membuat susah nelayan dan membahayakan keselamatan nelayan karena banyak perahu yang karam," kata Ketua Forum Komunikasi Nelayan Puger, Imam Hambali, di Jember, Rabu.
Menurut dia, penambahan panjang pemecah ombak yang berbelok ke arah kiri dari ujung pemecah ombak yang lama justru menyulitkan perahu nelayan yang masuk dan keluar untuk melaut.
"Sebenarnya saat pembangunan penambahan pemecah ombak tahun lalu, kami sudah menyampaikan masukan dan saran untuk tidak dipanjangkan hingga berbelok ke arah kiri karena membahayakan nelayan, namun saran kami tidak digubris," tuturnya.
Selama 2014, lanjut dia, perahu nelayan yang karam di Plawangan Puger mencapai 74 perahu dan kecelakaan laut yang terbaru terjadi pada pekan lalu.
"Kami sudah mengadukan persoalan ini ke anggota DPRD Jember, agar bangunan pemecah ombak di Plawangan Puger diubah karena nelayan tidak bisa melaut dengan tenang," katanya.
Dua perahu yang hendak melaut karam diterjang ombak di Plawangan Puger pada 5 Mei 2015, namun tidak sampai menelan korban jiwa karena nelayan berhasil menyelamatkan diri dengan berenang ke tepi.
"Ombak menerjang perahu hingga karam, sehingga nelayan mengalami kerugian material. Padahal saat ini merupakan panen ikan bagi nelayan," ucap nelayan yang pernah tenggelam diterjang ombak itu.
Nelayan, lanjut dia, semakin merugi ketika perahu karam saat pulang dari melaut karena ikan yang sudah ditangkap akan berhamburan saat perahu karam diterjang ombak.
"Plawangan merupakan jalur masuk dan keluar dari muara ke laut lepas. Saat hendak keluar, perahu nelayan menantang ombak dan saat masuk, perahu mengikuti ombak," paparnya.
Ombak besar yang membentur gunung di salah satu sisi menjadi tantangan tersendiri bagi nelayan yang hendak pulang melaut, sehingga tidak jarang perahu yang berisi tangkapan ikan diterjang ombak hingga karam.
Imam menjelaskan tambahan pemecah ombak itu membuat jalur keluar masuk perahu di Plawangan semakin dangkal, bahkan pendangkalan membuat perahu nelayan sulit melewati saat pergi atau pulang melaut.
"Penambahan pemecah ombak yang mengarah ke kiri menyebabkan pasir dari muara sungai tidak bisa terbawa arus ke laut, sehingga menambah pendangkalan di Plawangan," ujarnya.
Ia berharap penambahan pemecah ombak segera dibongkar, agar nelayan bisa melaut dengan tenang dan tidak khawatir saat pulang melaut dengan membawa hasil tangkapan ikan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015