Pamekasan (Antara Jatim) - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur menyerukan pentingnya perdamian umat Islam, menyusul seringnya terjadi konflik yang disebabkan perbedahaan paham sebagaimana terjadi di Madura, akhir-akhir ini. Ketua Umum HMI Komisariat STAIN Pamekasan Abd Malik, Senin di Pamekasan mengatakan, konflik agama yang sering menimpa umat Islam di negeri ini, termasuk di Madura, salah satunya karena kurangnya sikap toleransi dalam menyikapi perbedaan paham. "Padahal substansi ajaran Islam kan sudah menyatakan bahwa perbedaan itu adalah rahmat yang perlu disikapi secara arif dan bijaksana," ucapnya. Konflik berlatang belakang agama yang sering terjadi di Madura dalam beberapa tahun terakhir ini adalah konflik antara kelompok Islam Sunni dan Syiah di Kabupaten Sampang. Sedangkan di Pamekasan antara kelompok Wahabi dengan kelompok Islam Sunni. Malik mencurigai, konflik berlatar belakang agama yang sering terjadi di negeri ini, termasuk di Pulau Madura selama ini, bagian dari skenario global yang menginginkan agar umat Islam terpecah belah, sehingga kekuatan Islam menjadi lemah. "Ilmuwan Samuel Phillips Huntington pernah memprediksi bahwa musuh barat pascaperang dingin adalah Islam. Kami khawatir, konflik berlatar belakang agama yang terjadi selama ini, memang merupakan skenario global untuk memecah belah kekuatan Islam itu sendiri," tuturnya. Oleh karenanya, sambung Malik, pihaknya mengajak kepada semua tokoh agama untuk merapatkan barisan, menyikapi perbedaan paham secara arif dan bijaksana, bukan dengan cara saling menjelek-jelekkan antarkelompok Islam yang berbeda paham. "Kedepan perlu ada konsolidasi internal umat Islam untuk menyatukan kembali kekuatan Islam yang mulai tercerai-berai, sehingga menjadi kekuatan yang utuh. Perbedaan boleh terjadi, karena itu memang merupakan sunnatullah, akan tetapi jangan sampai memecahbelah persatuan umat," ujarnya. Dalam diskusi terbatas bertajuk "Ancaman Global Islam Pascaperang Dingin" yang digelar organisasi itu, Senin, terungkap bahwa dibutuhkan komitmen kuat dari semua pihak, baik ormas Islam, tokoh agama, maupun pemangku kebijakan publik untuk meredam konflik berlatar belakang agama yang sering terjadi selama ini. Selain membutuhkan komitmen yang kuat dari para tokoh agama dari kelompok Islam yang berbeda itu, salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam menekan konflik yang berimbas pada perpecahan umat Islam itu adalah dialog keagamaan. Malik menilai, dialog keagamaan antarkelompok agama akhir-akhir ini mulai jarang dilakukan, padahal dalam dialog yang ditekankan pada persamaan pandangan, bukan pada perbedaan yang bisa memperuncing antargolongan. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015