"Ayo pa, keluarkan tongsisnya..(tongkat narsis)," ujar Axel Damar Satya, bocah kelas 2 SD kepada papanya dari atas kawah Tangkuban Perahu, Bandung, 20 Februari 2015. Bak secepat kilat, sang papa mengeluarkan tongkat tersebut dari tas yang digendongnya. "Ayo, agak mepet biar kena semua," ucap sang papa, Sony Suwondo, sembari mengatur "timer" ponsel cerdasnya. "Ma, kurang ke kiri sedikit. Oiya, Axel senyumnya mana?," goda sang papa dengan meminta semua melihat ke atas ke arah ponsel. "Cekrik..cekrik.." Tidak hanya sekali, keluarga asal Sidoarjo, Jawa Timur, itu lebih dari lima kali berselfie ria. "Ayo cari lokasi lainnya," ajak bapak dua anak itu, kemudian berjalan mencari posisi dan "angle" lain di sana. Hal yang sama juga dilakukan Aisyah, wisatawan asal Surabaya yang datang ke Tangkuban Perahu bersama kedua orang tuanya. Sang papa, Eric Siswanto, yang berlatar belakang fotografer itupun mengeluarkan tongsis dan ponsel berkameranya. Keluarga Sony dan Eric hanya dua dari ratusan pengunjung Tangkuban Perahu yang berfoto-foto narsis di atas kawah gunung api di Kabuapten Bandung Barat, Jabar itu, menggunakan tongsis. Tidak hanya berekspresi senyum, mereka juga berselfie dengan berbagai macam gaya, seperti melirikkan mata, senyum terlihat gigi, tertawa, dan sebagainya. Terkadang, tangan pun tak mau ketinggalan bergaya, mulai menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya yang berarti "victory" atau melambangkan kedamaian, menunjukkan jempol, menolehkan kepala dan bermacam gaya lainnya. Momen-momen tersebut menjadi istimewa karena pemandangan elok nan indah kawah gunung yang masih terlihat jelas mengeluarkan gas sulfur, meskipun tidak aktif. Butuh waktu lebih dari dua jam untuk mengelilingi keseluruhan kawah tersebut. Kendati demikian, pengunjung dijamin tidak akan terasa capek karena disuguhi pemandangan menakjubkan. "Ini pengalaman pertama saya melihat kawah dari atas Gunung Tangkuban Perahu. Selama ini hanya tahu cerita dan legendanya saja," ucap pengunjung lainnya, Abdul Muin. Lain lagi ceritanya, Nabiila Ramadani yang merayu mamanya untuk dibelikan penutup kepala dari bulu rubah untuk "mengusir" hawa dingin di puncak gunung, padahal ia bersama adiknya Aryobimo dan kakaknya Sarsabila yang udah mengenakan penutup kepala, "ayah saja pakai ini, aku beli ini (bulu rubah) yang harganya Rp35 irbu" ucap Nabiila, sambil tertawa. Setelah itu, Bimo dan Billa merayu ayahnya untuk menaiki kuda tunggangan sekali putaran sekitar jalan di Tanggkuban Perahu Rp30.000. Maka Bimo dan Billa memacu kuda cukup kencang. Ya, Tangkuban Perahu tidak bisa lepas dari cerita legenda Sangkuriang, yakni seorang anak manusia yang telah gagal memenuhi janjinya untuk membuat perahu termasuk danaunya dalam satu malam sebagai syarat menikahi Dayang Sumbi, ibunya sendiri. Merasa kesal karena telah kehabisan waktu, Sangkuriang menendang perahu itu hingga melayang jauh dan posisinya terbalik. Perahu yang terbalik inilah yang dalam bahasa Sunda disebut Tangkub, menjadi cikal bakal nama gunung yang kini dikenal bernama Tangkuban Perahu. Gunung ini letaknya sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Bandung, tepatnya berada di Lembang. Per orang dikenai tarif Rp20 ribu untuk sekali masuk, kemudian ditambah Rp7.000 untuk menumpang bus mini bagi pengunjung yang tidak membawa kendaraan pribadi. Setiap harinya, pengunjung sudah bisa masuk lokasi mulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Ada tiga kawah utama di Gunung Tangkuban Perahu, yakni Kawah Paguyangan Badak, berumur kurang lebih 90.000-40.000 tahun lalu. Dalam fase pembentukan kawah secara geologis, selanjutnya terbentuk Kawah Upas yang ditaksir berumur 40.000-10.000 tahun lalu. Dan, di fase terakhir, terbentuklah Kawah Ratu yang berumur 10.000 tahun lalu sampai sekarang. Jika ke sana, jangan lupa siapkan masker atau sapu tangan mengantisipasi bau gas belerang. Jaket atau sweater juga jangan sampai dilupakan, karena akan membantu anda dari dinginnya angin yang seolah tembus menusuk rusuk. Sebagai persiapan, jangan lupa juga jas hujan atau payung, sekadar antisipasi kala cuaca tak bersahabat. Oiya..satu lagi, tongsis jangan sampai tertinggal untuk berselfie-selfie ria. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015