Surabaya (Antara Jatim) - Pakar manajemen pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr Erny Roesminingsih MSi menilai kelemahan Kurikulum 2013 adalah waktu implementasi yang terburu-buru, sehingga terjadi masalah teknis, tapi bukan masalah substansial. "Kalau secara substansial tidak ada masalah, karena kurikulum sebelumnya lebih menekankan kompetensi kognitif (pengetahuan), tapi Kurikulum 2013 justru merangkum kompetensi perilaku, ketrampilan, dan pengetahuan," katanya kepada Antara di Surabaya, Jumat. Menanggapi rencana pemerintah melakukan Evaluasi Kurikulum 2013, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Unesa itu mengatakan para siswa yang sudah "merasakan" Kurikulum 2013 umumnya menilai pembelajaran dengan Kurikulum 2013 lebih enak, karena prosesnya lebih menyenangkan. "Tapi, para guru memang ada yang keberatan, karena guru memang ada yang enggan berubah, tapi ada juga yang bisa berubah tapi perlu pembiasaan, sebab substansi pembelajaran dalam Kurikulum 2013 memang baru sama sekali bagi para guru, apalagi bagi guru-guru senior," katanya. Doktor alumni Universitas Negeri Malang itu mengatakan pembiasaan yang sulit itu antara lain menyangkut media pembelajaran. "Materi pembelajaran Kurikulum 2013 itu lebih mendorong siswa untuk melakukan observasi, diskusi, dan presentasi, sehingga guru terkendala dengan media pembelajaran yang mendukung itu," katanya. Padahal, katanya, media pembelajaran itu bisa menyesuaikan dengan kondisi, misalnya guru-guru di kota mungkin mudah mencari alat atau media pembelajaran, tapi guru-guru di desa bisa saja mencari alat dan media pembelajaran dari alam. "Tapi, kalau gurunya tidak kreatif, tentu bisa bingung sendiri," katanya. Oleh karena itu, ia menyarankan evaluasi terpenting untuk Kurikulum 2013 itu adalah evaluasi dalam metodologi pelatihan guru yang mendorong mereka bisa lebih kreatif, aktif, dan efektif, sehingga menyajikan metodologi pembelajaran yang menyenangkan. (*)

Pewarta:

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014