Salah satu bagian penting dari konsep bangunan hijau adalah penerapan konsep kontruksi hijau.
Ini adalah proses untuk menghasilkan suatu bangunan dengan prinsip ramah lingkungan, penggunaan sumber daya (alam/energi) secara efisien, dengan memperhatikan segala aspek seperti tata ruang agar mutu dari kualitas udara di dalam ruangan tetap terjaga, penggunaan material yang mudah terbarukan, tetap menjaga mutu bangunan dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan.
Perwakilan Ikatan Arsitek Surabaya (IAI) Jatim Maztri Indrawanto mengatakan setiap bangunan itu punya teknik membangun dengan desaian tersendiri sesuai dengan peraturan UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung dan Perda Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2009 tentang bangunan.
"Itu mengandung ramah lingkungan baik keamanan, keselamatan dan kenyamanan," katanya.
Menurut dia, dalam teknis masing-masing bangunan memiliki kondisi yang berbeda-beda, seperti halnya sudah menggunakan produk AC tertentu, kaca tertentu, dan didesain sirkulasi bangunan tertentu.
"Ada aspek bangunan hijauy yang bisa dianut, bagaimana membangun sistem sirkulasi yang hemat energi," katanya.
Selain itu, Maztri mengatakan bangunan hijau menguntungkan tidak hanya bagi publik pengguna gedung, tetapi juga memiliki manfaat ekonomis. Dia menggambarkan, gedung yang menggunakan banyak kaca bisa diduga mengonsumsi energi lebih besar dari penggunaan pendingin udara.
Sementara itu, Chief Enginering Hotel Garden Palace Surabaya Sakir menyatakan sebagai salah satu peserta GBAA yang masuk nominasi, Garden Palace sudah menganut konsep bangunan hijau sejak 2012.
"Tidak hanya penghijuan yang sudah dirasakan, tapi juga bisa hemat energi, listrik dan lainnya," katanya.
Menurut Sakir, keunggulan dari hotel ini adalah keberadaan hutan lindung. Ia mengatakan tidak banyak hotel di Surabaya yang memiliki hutan lindung. "Di sini, kami memiliki banyak tanaman produktif seperti pohon mangga, nangka, kelapa. Bahkan juga memiliki pohon beringin yang usianya sudah ratusan tahun," ujarnya.
Adapun hemat energi yang sudah dilakukan di Garden Palace di antaranya peralihan dari lampu pijar ke lampu "light emitting diode" (LED). LED merupakan lampu indikator dalam perangkat elektronika yang biasanya memiliki fungsi untuk menunjukkan status dari perangkat elektronika tersebut. Dengan menggunakan LED, pengeluaran untuk membayar listrik sejak 2011 sampa 2014 rata-rata berkurang hingga 19 persen.
"Kami juga membuat penyimpanan air untuk menampung air hujan. Air ini nantinya yang digunakan untuk menyiram tanaman, mengepel lantai dan lainnya," katanya.
Selain itu, Garden Palace juga memakai aplikasi pemanfaatan kembali air daur ulang. Jadi air limbah didaur ulang menjadi air bersih sehingga bisa menghemat biaya air PDAM. Sejak 2011 hingga 2014 rata-rata bisa menghemat hingga 53 persen.
"Tapi ini bukan untuk minum. Kalau untuk minum menggunakan air PDAM," katanya.
Hal sama juga diungkapkan Manajer Operasional Apartemen Waterplace Resident Surabaya Meli Muriana. Ia mengatakan Waterplace yang juga masuk nominasi GBAA sudah menerapkan konsep bangunan hijau sejak 2009.
Salah satu yang sudah dilakukan dari konsep itu yakni Waterplace mempunyai area terbuka 60 pesen dari luasan lahan 4,2 hektare. "Saya kira luasan itu sudah cukup untuk ruang terbuka hijau," katanya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga melakukan inovasi seperti halnya penggunaan lampu LED, pemasangan kaca yang sesuai peruntukan, lorong tanpa menggunkan pendingin ruangan dan lebih banyak ruangan terbuka.
"Untuk estetika kita sudah melakukan cat gedung supaya lebih bagus penampakannya," katanya.
Ke depan, Meli mengatakan Waterplace yang memiliki 33 lantai dengan 7 gedung dan 1 hotel ini akan menggunakan "solar cell" yakni pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik.
Chief Operating Officer Surabaya PT Intiland Development Tbk, Sinarto Dharmawan mengatakan Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan bencana juga memerlukan standar bangunan yang cocok dengan kondisi tersebut dan seharusnya seluruh pelaku konstruksi dan masyarakat harus memahami standar bangunan.
Disamping itu, Indonesia juga memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang telah meninggalkan bangunan-bangunan bersejarah dan arsitektural yang memiliki nilai budaya tinggi, maka hal tersebut harus terus dijaga, dilestarikan dan dikembangkan.
"Dengan banyaknya isu-isu penting tentang bangunan maka beberapa orang inisiator menggagas momentum yang secara rutin setiap tahun dapat terus menumbuhkan kesadaran untuk mengembangkan kualitas bangunan untuk masa depan serta menjaga dan merawat bangunan yang dimiliki untuk Indonesia yang lebih baik," katanya.
Kota Hijau
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan Kota Pahlawan saat ini mulai mempersiapkan diri menuju kosep pembangunan kota berwawasn lingkungan atau Kota Hijau 2020.
"Sekarang ini kita sudah sangat sulit untuk memiliki ruang publik, makanya dengan cara dibangun bangunan secara vertikal," ujarnya saat menghadiri pertemuan nasional ke-IV Komunitas Pecinta Gedung Tinggi atau Pencakar Langit yang disebut skyscrapercity di Pusat Perkantoran Spazio Surabaya, Sabtu (8/11).
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sekaligus membeberkan konsep dan realisasi pembangunan kota hijau Surabaya 2020.
Menurut dia, sebagai negara yang berkembang, kebutuhan rakyat terhadap bangunan masih sangat tinggi, baik perumahan, fasilitas publik ataupun infrastruktur, sehingga diperlukan percepatan pelaksanaan pembangunan dengan kualitas yang baik, sehat dan berkelanjutan, biaya yang relatif terjangkau serta sesuai dengan kondisi Indonesia.
Risma mengatakan kedepan di Surabaya sudah tidak memungkinkan pembangunan dilakukan secara horizontal dikarenakan lahan di Surabaya semakin hari semakin sempit, sehingga mau tidak mau pembangunan gedung perkantoran dan perumahan, apartemen dibangun vertikal atau menjulang tinggi.
Pemkot Surabaya juga membantu masyarakat ekonomi menengah dan kurang mampu dengan membangun rumah susun. Sebab, sebanyak 60 persen masyarakat lebih memilih tinggal di perkotaan, karena dekat dengan pekerjaan mereka.
Namun, lanjut dia, yang terjadi sekarang, lanjut Risma, mereka tinggal di pinggir perkotaan karena nilai jual rumah relatif murah dibandingkan di kota.
"Akan tetapi, yang terjadi adalah biaya hidup mereka menjadi membengkak, apalagi bagi ekonomi menengah dan bawah. Berapa biaya transportasi yang mereka habiskan per bulannya. Kenapa di China banyak membangun rusun di perkotaan, karena mereka sadar kota menjadi salah satu tujuan untuk mencari pekerjaan," terangnya.
Pembangunan gedung vertikal harus dibarengi dengan transportasi massal yang memadai, kata Risma, untuk itu Pemkot Surabaya akan membangun Angkutan Massal Cepat (AMC) trem dan monorel. Karena, transportasi massal akan sangat dibutuhkan agar di pusat kota tidak macet.
"Untuk itu, Pemkot akan membangun enam gedung parkir, sehingga masyarakat yang mau kearah kota bisa memarkir kendaraannya disana, kemudian naik AMC menuju kota. Dengan bagitu kemacetan ditengah kota akan teratasi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014