Minggu (26/10) petang, atau sepekan setelah dilantik sebagai orang pertama di Republik ini, Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan para pembantunya atau para menteri sebanyak 34 orang yang diberinama Kabinet Kerja. Banyak kejutan, disebabkan "strategi" Jokowi yang ingin kabinetnya diisi orang-orang yang profesional, kapabel, berintegritas dan tentunya moral atau kejujurannya diutamakan, seperti apa yang dikatakan Presiden "Kabinet hati-hati dan cermat, agar tepat dan akurat". Pasalnya, untuk menempatkan para pembantunya sesuai kompetensi dan ekspetasi masyarakat, tentunya Jokowi mendapat tekanan dari pimpinan parpol pendukung maupun para "sahabat" atau relawan serta berbagai pihak kepentingan. Mantan Wal Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu, mampu "menepis" itu semua melalui strategi konfirmasi terlebih dahulu kepada KPK dan PPATK, sehingga siapapun yang "dipaksakan" menjadi menteri harus rela untuk mundur, karena mendapat tanda Merah atau Kuning dari lembaga pemberangus koruptor di Tanah Air. Jadinya, saat diumumkan calon menteri yang mendapat tanda Merah atau Kuning dan digadang-gadang jadi menterinya Jokowi, karena terkait kencenderungan korupsi atau pelanggaran HAM pada masa lalunya, hilang ditelan waktu. Kejutan lainnya, ialah menteri yang saat Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono bantal menjadikannya Menkes, Nila F Moeloek, dengan alasan kesehatan (tidak mampu menerima banyak tekanan/psikologi), justru oleh Jokowi dijadikan Menkes di Kabinet Kerja. Jokowi juga kini lebih banyak mengangkat para pembantunya dari wanita atau perempuan, tercatat delapan (8) menteri cewek, apakah Jokowi sensitif gender, atau karena kapabilitas dan kualitasnya sehingga pos-pos tersebut dipercayakan kepada perempuan. Atau Jokowi lebih "nyaman" bila pembantunya Presiden ke-7 ya 8 perempuan!!!. Menlu pertama perempuan, sementara dari "Bumi Cenderawasih" merupakan Profesor perempuan pertama di Papua, selain itu perempuan pengusaha perikanan, hingga perempuan dari anak presiden perempuan pertama di Republik ini. Perempuan tampaknya istimewa di Kabinet ala Jokowi ini. Dua perempuan juga pernah sebelumnya menjabat menteri di era Presiden ke-4 Gus Dur, yaitu Khofifah Indar Paranwansa, dan Rini Soemarmo, mantan menteri di era Megawati. Kini tinggal menunggu hasil kerja mereka, apakah para pembantu Jokowi dan Jusuf Kalla itu mampu bekerja, kerja, kerja, sesuai harapan atau ekspektasi semuanya. Di dunia ini tidak ada yang sempurna, memang.(*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014