Surabaya (Antara Jatim) - Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur Zainuddin Amali mengaku telah diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan penyuapan dalam sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur. "Memang saya sempat dimintai keterangan oleh KPK sebagai saksi. Tapi yang jelas, meski Akil Mochtar sempat meminta Rp10 miliar, tidak pernah terjadi penyuapan," ujarnya dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Sabtu malam. Ia juga mengakui sempat dikirimi pesan melalui "BlackBerry Messenger" (BBM) oleh Akil Mochtar yang saat itu sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) dan memimpin jalannya proses persidangan terkait Pilkada Jatim. Dalam pesannya, kata Amali, intinya Akil meminta agar pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) menyiapkan uang sebanyak Rp10 miliar. Sebab jika tidak maka maka pasangan Karsa akan kalah. "Sebagai salah satu parpol pendukung, saya menemui Soekarwo dan pasti menyampaikan informasi sekecil apapun terkait Karsa. Tujuannya untuk menyampaikan ada informasi gawat itu." kata dia. Politisi berdarah Gorontalo tersebut sadar bahwa hal ini bisa dipersepsi macam-macam oleh masyarakat, seperti menjadi kurirnya Akil atau hal-hal semacam itu. "Silahkan orang berpersepsi. Tapi faktanya tidak seperti itu. Kecuali kalau Golkar tidak mendukung Karsa dan menemui Soekarwo, sehingga itu berarti ada apa-apa, karena secara praktis sebenarnya tidak ada kepentingan apa-apa," kata Amali. Soekarwo, lanjut dia, yakin posisinya akan menang dan tidak menanggapi pesan Akil maka dirinya tidak lagi kontak dengan Ketua MK maupun dengan Karsa. Karena, memang tidak ada kepentingan apa-apa, hingga kemudian ada penangkapan terhadap Akil. "Saya tegaskan lagi, bahwa yang terjadi adalah Akil Mochtar memang hendak meminta uang ke pasangan Karsa, tapi ditolak Soekarwo. Sama sekali tidak ada aliran uang suap dalam Pilkada Jatim sepanjang yang saya ketahui," katanya. Sementara itu di bagian lain, Gubernur Jatim Soekarwo membenarkan bahwa dirinya sempat bertemu dengan Zainuddin Amali. "Saat itu, Pak Amali bilang bahwa situasinya gawat. Tapi saya tidak tahu dan bingung dengan apa yang dimaksudkan gawat," kata Pakde Karwo, sapaan akrab Soekarwo, kepada wartawan. (*)

Pewarta:

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014