Surabaya (Antara Jatim) - Sebanyak 23 karya foto dari hasil kompetisi foto "Mahakarya Indonesia" dipamerkan di Galeri Seni "House of Sampoerna" Surabaya pada 19 Desember 2013 hingga 12 Januari 2014.
"Itu merupakan pilihan dewan juri dari 28 ribuan foto yang kami harapkan dapat menjadi inspirasi bagi orang, kelompok, atau negara," kata juri kompetisi itu, Oscar Motuloh di Surabaya, Rabu.
Oleh karena itu, katanya, 23 karya foto hasil bidikan para finalis itu pun dipamerkan, sehingga "Mahakarya Indonesia" itu akan semakin dikenal masyarakat dan objek itu pun terpublikasikan.
"Foto yang terpilih bukan hanya merekam objek, tapi memasukkan interaksi foto dan fotografernya," tutur mantan Direktur Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) itu.
Ia mencontohkan tiga foto pemenang dari tiga kategori yakni pemandangan (landscape), fesyen (fashion), dan budaya (culture) itu menunjukkan hasil bidikan yang bukan sekadar memotret objek seadanya.
Misalnya, foto kategori pemandangan yang dimenangkan Bobby Worotikan dari Manado tentang "Sunrise Gunung Klabat". "Foto itu bukan sekadar pemandangan tentang gunung," ucapnya.
Namun, kata pewarta foto kawakan dari LKBN Antara itu, foto karya seorang PNS dari Pemkab Minahasa Utara itu menunjukkan "Mahakarya Indonesia" yang baru sama sekali kepada masyarakat dunia.
"Ada pula 'Mahakarya Indonesia' dari pemandangan, fesyen, dan budaya yang sudah lama, tapi fotografer yang membidiknya menyajikan sudut pandang baru dari objek lama itu," paparnya.
Misalnya, foto tentang Borobudur yang diambil dari jarak jauh dengan objek yang samar dan dilingkupi kabut serta burung yang beterbangan di sekelilingnya, atau Borobudur sebagai latarbelakang dari perayaan Waisak.
Selain Gunung Klabat dan Candi Borobudur, foto para finalis antara lain menggambarkan "Menggigit Buntut (Sapi)" (Sumbar), "Tenun Toraja", "Tari Perang Suku Dayak", "Wayang Kancil", "Bromo", "Anak Daro", "Reog Ponorogo", "Pengrajin Wayang Golek", dan sebagainya.
"Jadi, pemenang dari masing-masing kategori itu bukan hanya menyajikan konten baru atau lama, tapi ia memantik inspirasi bagi pihak lain yang seolah-olah ada interaksi dengan foto itu," ujarnya.
Untuk pemenang dari kategori Fesyen adalah foto karya Arifin Al Alamudi berjudul "Gotong Simalungun" yang memperlihatkan sekelompok pria suku Batak Simalungun yang mengenakan gotong atau penutup kepala berbentuk kerucut, yang juga biasa dipergunakan dalam pesta atau acara resmi lainnya yang bernuansa budaya Simalungun.
Sementara pemenang untuk kategori Budaya adalah foto karya Albertus Widi menangkap sosok tokoh Rahwana dan Hanoman yang diberi judul "Jelang Pentas".
Di sela-sela persiapan pameran itu, pemenang untuk kategori pemandangan, Bobby Worotikan, mengaku dirinya tidak menyangka terpilih menjadi pemenang.
"Itu karena saya membidik 'Sunrise Gunung Klabat' pada tahun 2011 saat memulai belajar memotret, tapi lokasinya memang sering saya lewati kalau pergi-pulang kerja," kata PNS Minahasa Utara itu.
Namun, ia membidik gunung tertinggi di Sulawesi Utara itu saat 'sunrise' pada pukul 05.30 WITA. "Saya datang ke lokasi pukul 05.00 WITA dan saya menunggu matahari terbit sambil merokok," katanya.
Foto yang menggambarkan gunung, hutan, dan sungai itu dipotret dengan kamera Noxon 3100 dari jembatan yang sering dilewatinya. "Saya membidik 10 gambar dan saya ambil satu gambar untuk lomba," katanya.
Sementara itu, Brand Manager "Dji Sam Soe" Elly Erawan selaku penyelenggara lomba menegaskan bahwa kompetisi foto "Mahakarya Indonesia" sudah tiga kali diadakan tapi baru kali ini dipamerkan.
"Kami ingin menggali kebanggaan terhadap Indonesia, seperti Sunrise Gunung Klabat di Sulut itu menunjukkan bahwa Manado itu bukan cuma Bunaken, tapi banyak potensi lain," tukasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013