Bagi dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nasrullah, keberadaan Perum LKBN Antara sebagai Kantor Berita Nasional masih sangat strategis untuk mengisi kekosongan jangkauan yang selama ini tidak dimiliki oleh media lain. Bahkan, ucap Kepala Hubungan masyarakat (Kahumas) UMM itu, baik dari sisi isu-isu startegis, khususnya politik maupun dari sisi geografis, Antara sangat penting, bahkan masih punya idealisme yang menjaga kedaulatan informasi. "Kehadiran Antara sangat penting untuk menjaga keseimbangan informasi, namun bukan berarti mengikuti arah kekuasaan, tapi lebih berpikir pada kepentingan negara yang lebih dalam," tuturnya. Selain itu, jangkauan Antara juga lebih luas. Di sejumlah negara, Antara selalu ada jaringan dan ini tidak dimiliki oleh media lain, sehingga Antara sampai kini masih sangat penting dan strategis dalam mengkover informasi dunia, termasuk menangkal informasi "miring" tentang Indonesia. Hanya saja, Antara ke depan juga harus merombak regulasinya, bahkan bila perlu dilakukan "rebranding" agar lebih dikenal dan dipahami masyarakat luas, sebab sampai saat ini masih banyak warga negara Indonesia ini yang tidak tahu Antara sebagai kantor berita resmi negara. Selain itu, lanjutnya, ke depan juga perlu ada keunggulan yang khas dan dikenal dunia, seperti BBC London atau FAO dengan pendanaan yang didukung oleh pemerintah. Seharusnya, tegasnya, pemerintah juga membuat regulasi terkait pembagian "kue" iklan untuk media-media swasta dan milik negara. Pendapatan iklan media swasta sekian persennya harus disetorkan ke negara dan negara mengembalikannya pada media milik pemerintah, seperti yang dilakukan oleh negara-negara maju. Kebijakan seperti itu yang sampai sekarang belum ada di Indonesia, sehingga media-media pemerintah yang tidak mendapatkan porsi iklan hanya mengandalkan anggaran dari pemerintah. Celakanya, anggaran itu tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan setiap tahunnya. Apalagi, Antara sebagai kantor berita milik negara, seharusnya juga mendapatkan porsi anggaran yang cukup, sebab Antara tidak hanya sekedar sebagai rujukan (acuan) informasi semata, tapi juga sebagai penyeimbang, bahkan "pembela" bangsa ketika negaranya diberitakan tidak benar. Menurut dia, belanja iklan di media dari athun ke tahun terus meningkat, bahkan nilainya mencapai triliunan rupiah, apalagi menjelang perhelatan akbar Pemilu Legislatif (Pileg) maupun Pemilihan Presiden (Pilpres), belanja iklan di media bisa menjadi lebih besar. Keberadaan Antara untuk mencari iklan juga dilematis karena medianya milik pemerintah. Oleh karena itu, bagaimana pemerintah bisa mencukupi kebutuhan operasional sebuah kantor berita, itu penting. "Saya sudah beberapa kali mengikuti pelatihan atau seminar di Wisma Antara di Jakarta, sehingga saya juga tahu bagaimana Antara. Ini yang harus menjadi perhatian serius pemerintah, sebab Antara masih cukup strategis sebagai duta bangsa di bidang informasi," tandasnya. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013