Madiun (Antara Jatim) - Kepolisian Resor (Polres) Madiun Kota, Jawa Timur, mengimbau agar kegiatan ziarah dan konvoi yang melibatkan puluhan ribu massa pesilat di wilayah setempat saat perayaan tahun baru Islam 1 Muharam atau "Suroan" bisa diganti dengan pagelaran pencak silat seni untuk melestarikan budaya. Imbauan tersebut disampaikan Kapolres Madiun Kota AKBP Anom Wibowo saat menerima kedatangan Saudara Zakaria dan Yusuf selaku perwakilan dari perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Magetan ke mapolres setempat, Senin. Keduanya diundang oleh Kapolres Madiun Kota untuk memperoleh penjelasan terkait penolakan Polda Jatim atas izin mengadakan keramaian berupa konvoi ziarah Suroan anggota PSH Terate eks-Keresidenan Madiun yang meliputi Kabupaten Madiun, Magetan, Ngawi, Pacitan, dan Ponorogo. "Kampung pesilat merupakan ikon Madiun, karena itu sudah saatnya potensi tersebut dijadikan ajang yang positif. Seperti mengadakan pagelaran seni budaya pencak silat sehingga dapat menarik wisatawan domestik," ujar AKBP Anom. Menurut dia, perubahan tersebut harus dilakukan karena akan mendatangkan banyak keuntungan bagi pemerintah daerah dan warga Madiun sendiri. Sebab, dengan kegiatan pencak silat, selain dapat melestarikan budaya, juga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi mikro warga. Anom menjelaskan, beradasarkan evaluasi dalam empat tahun terakhir, pengajuan izin mobilisasi massa berupa konvoi ziarah Suroan tersebut cenderung berisiko besar untuk terjadinya kasus perusakan, penganiayaan, dan pelemparan pada tugu-tugu lambang dari perguruan pencak silat yang ada di Madiun. "Selama tahun 2012 tercatat ada 12 kasus kriminalitas yang melibatkan anggota perguruan pencak silat saat merayakan tahun baru Islam," kata Anom. Atas penjelasan tersebut, Saudara Zakaria selaku pelindung acara konvoi ziarah Suroan dan Saudara Yusuf selaku koodinator lapangan, menyatakan dapat memahami dan menerima. Meski berat, kedua pimpinan PSH Terate cabang Magetan tersebut akhirnya sepakat membatalkan kegiatan ziarah yang rencananya akan dilaksanakan pada Senin (4/11) malam dan Selasa (5/11). Kegiatan ziarah tersebut sudah merupakan tradisi tiap tahun baru Islam sejak tahun 1922. "Ini sangat berat, sebab kegiatan ziarah tersebut sudah menjadi tradisi sejak puluhan tahun lalu," ungkap Zakaria seusai bertemu kapolres. Pihaknya juga berjanji akan memerintahkan mundur bagi anggota PSH Terate yang terlanjur berangkat untuk berziarah ke makam sesepuh dan pendirinya di Kelurahan Pilangbango dan Taman Kota Madiun. Guna mengantisipasi massa yang tetap berkonvoi untuk ziarah, pihak kepolisian telah menyiagakan sebanyak 1.650 personel gabungan dari TNI dan Polri. Jumlah tersebut menurun dari semula yang akan menyiapkan 2.000 personel gabungan menyusul pembatalan kegiatan ziarah. Selain itu, polisi juga dibantu pengamanan swakarsa dari pengurus PSH Terate Pusat. Sementara, pimpinan pusat PSH Terate hanya akan melaksanakan tirakatan saat malam Suro di padepokan yang berada di Jalan Merak, Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun. Acara tersebut mengundang pimpinan PSH Terate cabang, ranting, dan juga forpimda setempat. (*)

Pewarta:

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013