Malang (Antara Jatim) - Tingkat sedimentasi Waduk Sutami yang berlokasi di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, setiap tahunnya rata-rata bertambah sekitar 590 meter kubik. Kepala Bagian Humas dan Program Kemitraan Bina Lingkungan Perum Jasa Tirta (PJT) I Malang Tri Hardjono di Malang, Selasa, mengatakan sedimentasi di Waduk Sutami setiap tahun rata-rata mencapai satu juta meter kubik, namun yang bisa dikeruk hanya 410 ribu meter kubik per tahun. "Sedimen yang mengendap cukup tinggi dan setiap tahun terus bertambah, meski sudah dilakukan pengerukan sepanjang tahun," tegas Tri Hardjono. Dengan bertambahnya sedimen yang cukup tinggi dan masuk ke waduk tersebut, katanya, otomatis daya tampung waduk setiap tahun juga berkurang. Pengerukan sedimen di Waduk Sutami setiap tahun mencapai 410 meter kubik dengan biaya sekitar Rp4,8 miliar dan Waduk Sengguruh yang lokasinya tidak jauh dari Sutami, setiap tahun dikeruk sebanyak 220 meter kubik dengan anggaran sebesar Rp3,32 miliar. Ia mengemukakan, sedimentasi yang terjadi di sejumlah waduk di bawah naungan PJT I, khususnya Sengguruh dan Sutami, selain tanah yang terbawa arus air dan degradasi lahan, juga disebabkan oleh limbah sampah domestik dan industri yang dibuang di sungai. Pengerukan sedimen yang dilakukan saat ini masih dengan metode konvensional, sehingga membutuhkan waktu cukup lama. Hal itu, berbeda dengan di China karena sedimentasi ini digelontorkan melalui sungai khusus. Menyinggung upaya untuk meminimalkan sedimentasi di Waduk Sutami maupun Sengguruh tersebut, kata Tri, terus dilakukan guna memperpanjang umur dan memperlambat arus sedimentasi di waduk. "Selain itu kami juga berharap tingkat kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah domestik maupun industri ke sungai juga semakin tinggi, sebab limbah-limbah tersebut terbawa arus dan muaranya di Waduk Sutami maupun Sengguruh," katanya, menandaskan. Daya tampung efektif Waduk Sutami pada awalnya (sejak diresmikan tahun 1972) mencapai 343 juta meter kubik, kemudian menyusut menjadi 253 juta meter kubik pada tahun 1977. Tahun 2009 susut lagi menjadi 165,45 juta meter kubik dan tahun 2011 hanya tinggal 145 juta meter kubik. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013