Malang (Antara Jatim) - Tingkat sedimentasi Waduk Sutami yang berlokasi di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dan dikelola oleh Perusahaan umum Jasa Tirta I Malang turun 20 persen atau sekitar satu juta meter kubik dari 5 juta meter kubik per tahun. Direktur Utama Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) I Malang Hariyanto, Sabtu, mengemukakan sebelum dilakukan konservasi secara kontinyu di sejumlah daerah tangakapan air, tingkat sedimentasi di Waduk Sengguruh maupun Sutami cekup tinggi, yakni mencapai 5 juta meter kubik per tahun. "Sejak kami gencar melakukan konservasi bersama sejumlah instansi maupun masyarakat, persentase sedimentasinya turun hingga 20 persen. Dari rata-rata 5 juta meter kubik/tahun menjadi sekitar 4 juta meter kubik/tahun," katanya, menegaskan. Ia mengemukakan, sedimentasi yang terjadi di sejumlah waduk di bawah naungan PJT I, khususnya Sengguruh dan Sutami, disamping tanah yang terbawa arus air dan degradasi lahan, juga disebabkan oleh limbah sampah domestik dan industri yang dibuang di sungai. Hariyanto mengakui jika pengerukan sedimen yang dilakukan saat ini masih dengan metode konvensional, sehingga membutuhkan waktu cukup lama. Berbeda dengan di China, dimana sedimentasi ini digelontorkan melalui sungai khusus. Untuk membangun dan membuat sungai khusus untuk sedimentasi tersebut, lanjutnya, memang cukup besar. "Harapan kami kita pun juga punya sungai khusus sedimentasi ini, sehingga waduk-waduk yang kita kelola ini juga mampuy menampung air secara maksimal," tandasnya. Namun demikian, kata Hariyanto, saat ini pihaknya juga tidak tinggal diam, berbagai upaya terus dilakukan untuk memperpanjang umur dan memperlambat arus sedimentasi di waduk, salah satunya melakukan pengerukan secara rutin. Sebab, jika sedimentasi waduk ini tidak segera diatasi dan dicarikan solusinya, tidak hanya mengakibatkan terganggunya daya tampung efektif waduk, tapi juga mengancam pertumbuhan ekonomi masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Jatim. Daya tampung efektif Waduk Sutami pada awalnya (sejak diresmikan tahun 1972) mencapai 343 juta meter kubik, kemudian menyusut menjadi 253 juta meter kubik pada tahun 1977. Tahun 2009 susut lagi menjadi 165,45 juta meter kubik dan tahun 2011 hanya tinggal 145 juta meter kubik.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013