Kasus kematian RI, bocah 11 tahun di Jakarta beberapa waktu lalu sangat memilukan banyak orang. Anak itu menjadi korban kekerasan seksual dan yang lebih memilukan lagi pelakunya adalah ayahnya sendiri SU (54). Bagaimana ini semua terjadi? Bagaimana rumah yang seharusnya membuat anak nyaman justru menjadi tempat membahayakan? Bagaimana seorang ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi keluarga justru menjadi ancaman? Inilah potret dari masyarakat yang aneh, bahkan lebih tepatnya sakit. Nilai-nilai agama dan budaya yang mengakar kuat di masyarakat kita sudah banyak yang runtuh. Untuk masyarakat kelas-kelas bawah, penyimpangan itu dilakukan dalam bentuk perilaku seksual semacam yang dilakukan SU, sementara di kalangan elit, penyimpangan itu dilakukan dengan memakan uang yang bukan haknya. Korupsi. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan bahwa pemerkosaan yang dilakukan orang tua bukanlah sesuatu yang aneh di tengah masyarakat yang sudah sakit seperti saat ini. Berdasarkan data Komnas Perlindungan Anak, sebanyak 62 persen dari 2.700 kasus pelecehan seksual pada anak dilakukan oleh orang terdekat dari anak tersebut. Di kalangan umat Islam, orang tua diingatkan untuk menyayangi anak. Bahkan Nabi Muhammad mengingatkan bahwa bukan umatnya orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi yang kecil. "Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang paling penyayang terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling sayang kepada keluargaku," demikian sabda Nabi. Untuk kasus kekerasan pada anak berupa pelecehan seksual ini, pelaku bukannya menyayangi. Mereka justru membuat si anak merana, bahkan membuat trauma dalam jangka panjang. Mereka yang dipercaya untuk membesarkan dan memberikan kasih sayang sebesar-besarnya, justru kepercayaan yang begitu besar dari Tuhan kepada orang tua itu dikhianati. Kalau seperti itu, maka persoalan ancaman kekerasan seksual pada anak dari keluarga dekat bukan sekedar dilihat bagaimana memperbaiki moral para pelaku dan seluruh orang tua atau orang dekat di lingkungan anak. Tentu ada persoalan-persoalan sosial yang menghimpit sehingga membuat masyarakat kita menjadi sakit. Anggota Komisi VIII DPR dari Partai Keadilan Sejahtera Ledia Hanifa mengemukakan bahwa kondisi rumah yang sempit juga menjadi salah satu penyebab kasus kekerasan seksual pada anak dari keluarga dekat. Ia mengatakan permasalahan yang kerap terjadi di Tanah Air adalah satu keluarga hidup dan tidur dalam satu ruangan yang sama. "Rumah yang kecil yang seluruh keluarga bercampur baur. Dalam hal ini yang rentan adalah anak-anak," ujar Ledia. Anak-anak rentan menjadi korban pemerkosaan karena mudah diancam dan diintimidasi oleh orang dewasa. Idealnya, dalam satu rumah harus dipisahkan antara aktivitas orang dewasa dan anak-anak. "UU perlindungan anak memang sudah ada, namun implementasinya sendiri masih jauh dari yang diharapkan. Sistem perlindungan terhadap anak di masyarakat masih minim," katanya. Komnas PA juga menemukan data bahwa umumnya kasus kekerasan seksual pada anak yang dilakukan oleh keluarga dekat tersebut para korbannya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Melihat fakta itu, maka para pemimpin negeri ini seharusnya juga ikut merasa berdosa ketika kemiskinan tak kunjung usai, salah satunya karena uang rakyat dikorupsi. Rakyat terus menerus dililit kemiskinan. Anak-anak harus hidup dalam kesempitan ekonomi dan rendahnya moral seperti itu. Barangkali ini yang diingatkan oleh agama bahwa kemiskinan itu mendekati kekufuran. Kufur dalam pengertian mengkhianati ajaran-ajaran agama. Kufur dalam pengertian melakukan apa saja yang bisa untuk melampiaskan "kesakitan" jiwanya. Naudzubillah dan semoga kita semua mampu menjadi payung kasih sayang bagi orang-orang tersayang di rumah kita sebagaimana ditunjukkan oleh Rasululllah terhadap keluarganya. Aamiinn... (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013