AS: Keputusan PBB Soal Status Palestina Hambat Perdamaian dengan Israel
Jumat, 30 November 2012 14:04 WIB
PBB (ANTARA/AFP) - Amerika Seriat Kamis memperingatkan bahwa keputusan PBB memberikan status negara peninjau akan menciptakan "hambatan-hambatan pada perdamaian antara Palestina dan Israel.
"Resolusi hari ini disesalkan dan kontra-produktif yang dapat menimbulkan hambatan-hambatan lebih jauh dalam menuju perdamaian," kata Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice dalam sidang Majelis Umum PBB setelah keputusan bersejarah itu.
Berbicara secara terpisah di Washington, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, yang menggunakan bahasa yang sama mengecam keputusan itu yang ia katakan "menimbulkan hambatan-hambatan lebih jauh dalam menuju perdamaian."
AS dan Israel termasuk di antara hanya sembilan negara yang menentang dukungan internasional bagi satu resolusi yang memberikan Palestina status negara non-anggota di PBB, kedua negara berpendapat bahwa jalan bagi terbentuknya negara Palestina harus melalui perundingan perdamaian langsung.
Rice menganggap resolusi itu tidak punya arti penting, hanya simbolis.
"Pengumuman-pengumuman hari ini akan segera pudar dan rakyat Palestina akan bangun besok menemukan kehidupan mereka tidak banyak berubah, kecuali prospek-prospek dari satu perdamaian menurun.
"Resolusi ini tidak akan membentuk satu negara Palestina," katanya mengulangi pidato dubes AS untuk Israel sebelumnya. "Keputusan hari ini hendaknya tidak disalah artikan oleh siapapun dapat memenuhi syarat bagi keanggotaan PBB.
Rice mengatakan "hanya melalui perundingan-perundingan langsung antara pihak-pihak Palestina dan Israel dapat mencapai perdamaian."
"Para pendukung dalam resolusi hari ini mengatakan mereka mengusahakan satu negara Palestina yang independen dan berfungsi dalam perdamaian dengan Israel.Itulah yang kami lakukan," tegasnya.
"Tetapi kami telah lama menegaskan bahwa satu-satu jalan untuk mendirikan satu negara Palestina seperti itu dan menyelesaikan masalah-masalah status permanen adalah melalui perundingan -perundingan langsung yang rumit, mungkin menyakitkan antara pihak-pihak.
"Amerika Serikat karena itu menyerukan kedua pihak menyerukan dimulainya kembali perundingan-perundingan tanpa prasyarat-prasyarat menyangkut semua masalah yang belum diselesaikan antara mereka.
"AS akan terus mendesak semua pihak menghindari tindakan-tindakan provokatif lebih jauh... di kawasan itu, di New York atau dimanapun.
Kami akan tetap menentang keras setiap dan segala aksi sepihak dalam badan-badan internasional atau perjanjian yang sebenarnya dapat dirundingkan, termasuk negara Palestina.
"Dan kami akan terus melakukan dengan berani menghadapi segala usaha yang tidak mengesahkan Israel atau mengganggu keamanannya," katanya.
"Konflik di Gaza baru-baru ini hanya peringatan terakhir bahwa tidak adanya perdamaian akan berisiko munculnya perang," ia memperingatkan.
"Kami mendesa mereka mendukung harapan kami bagi perdamaian antara satu negara Palestina yang berdaulat dan satu Israel yang terjamin keamanannya untuk bergabung bersama kami dalam mendukung perundingan-perundingan, tidak mendorong gangguan lebih jauh. (*)