Dispora: Pengembangan Wisata di Ngawi Terkendala Infrastruktur
Kamis, 29 November 2012 14:53 WIB
Ngawi - Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Agus Santosa, menilai pengembangan potensi wisata yang ada di daerah setempat masih terkendala oleh infranstruktur yang belum memadai.
"Terus terang kami masih sulit mengembangkan potensi pariwisata yang ada di Ngawi. Hal ini karena sejumlah potensi tersebut belum ditunjang dengan fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Sehingga kami kesulitan dalam mempromosikannya," ujarnya, Kamis.
Menurut dia, fasilitas dan infrastruktur yang dimaksud adalah keberadaan sarana untuk kepentingan umum di objek wisata yang masih minim dan juga akses jalan yang masih buruk untuk menuju ke lokasi wisata.
Sesuai data yang ada di Dispora setempat, Ngawi memiliki potensi wisata alam dan juga wisata sejarah atau budaya, namun pengelolaannya belum optimal.
Untuk wisata alam, Ngawi memiliki Air Terjun Srambang, Kebun Teh dan Taman Wisata Jamus, serta lainnya. Sedangkan potensi wisata sejarah atau budaya antara lain, tradisi Keduk Beji Tawun, Benteng Pendem, Situs Trinil, Monumen Suryo, serta Situs Radjiman Wedyodiningrat.
"Dari semua objek wisata tersebut, hampir semuanya belum ada yang memiliki fasilitas umum yang lengkap dan memadai. Selain itu, jalan menuju ke objek juga masih sulit, terlebih untuk Air Terjun Srambang dan Situs Radjiman Wedyodiningrat. Demikian juga dengan fasilitas umum yang ada di Tawun, Benteng Pendem, dan lainnya," kata Agus.
Lebih lanjut Agus menjelaskan, kurangnya fasilitas umum dan infrastruktur di objek wisata yang ada tersebut disebabkan karena minimnya anggaran pengembangan pariwisata yang dialokasikan oleh pemerintah daerah setempat.
Seperti dana pengembangan Taman Wisata Tawun yang digunakan sebagai lokasi upacara adat Keduk Beji misalnya, selama tahun 2012 hanya mendapat alokasi sebesar Rp200 juta untuk perawatan dan pembangunan fasilitas yang rusak. Dana tersebut naik tipis dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar Rp150 jutaan.
Hal yang sama terjadi dengan dana yang dialokasikan secara total untuk pengembangan pariwisata di Ngawi. Pemda setempat hanya mengalokasikan kurang dari Rp1 miliar untuk sektor pariwisatanya.
"Sedangkan untuk infrastruktur merupakan tanggung jawab dari Dinas Pekerjaan Umum. Kami hanya fokus pada objek wisatanya saja, kata Agus.
Ia menambahkan, hal lain yang mempersulit pengembangan objek wisata tersebut adalah pengelolaannya yang juga melibatkan pihak lain, baik instasi pemerintah maupun swasta. Sehingga harus mendapat persetujuan dari instansi tersebut.
Seperti Monumen Suryo yang berada di lahan milik Perhutani KPH Ngawi, Benteng Pendem berada di lahan milik TNI AD, Situs Radjiman Wedyodiningrat yang berada di lahan keluarga, dan Museum Trinil yang menjadi milik dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jatim.
"Untuk itu, secara bertahap kami akan terus melakukan pengembangan di lokasi-lokasi yang ada dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak berwenang lainnya," kata dia. (*)