300 TKI Bekerja di Hutan Papua Nugini
Selasa, 30 Oktober 2012 9:10 WIB
Jakarta - Konsul RI untuk Vanimo Provinsi Sandaun Papua Nugini Jahar Gultom mengatakan, ada sekitar 300 orang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di perusahaan penebangan kayu dan sawit di Provinsi Sandaun, 350 kilometer arah selatan Kota Vanimo.
"Para TKI itu senang kami kunjungi di tempat mereka bekerja di tengah hutan," kata Jahar Gultom dalam keterangan pers di Vanimo, Selasa.
Pihak Konsulat jemput bola dengan mengunjungi para pekerja Indonesia yang bekerja pada lima perusahaan penebangan kayu dan perkebunan sawit milik Perusahaan Malaysia yang berada di kawasan hutan pedalaman Green River Prov seperti Jambotrack Ltd di Skocau, Amanab 56 Forest Ltd, Bewani Timber, Bewani Oil Palm Plantation dan Embio PNG.
"Kami ingin melihat langsung kondisi lapangan situasi para pekerja, sekaligus mendorong mereka untuk lebih giat bekerja, disiplin dan mematuhi peraturan dan ketentuan setempat/perusahaan serta menghindari perbuatan yang melanggar hukum," kata Jahar Gultom.
Selain itu, pihaknya memberikan pelayanan kekonsuleran dan memastikan kepada pihak manajamen perusahaan bahwa pekerja Indonesia ini diberikan haknya seperti gaji, tunjangan, cuti, bantuan kesehatan dan hak lainnya sesuai dengan kontrak yang disepekati.
Perjalanan Konsul disertai Staf Konsulat RI di Vanimo ke lokasi pekerja Indonesia ini adalah mendaki kawasan hutan belantara Green River dengan kondisi jalan belum memadai.
"Kami berangkat disertai pula Pejabat Border Authority Prov. Sandaun dengan pengawalan delapan aparat keamanan dengan senjata lengkap," kata Jahar Gultom.
Jahar Gultom dan staf juga dilengkapi dengan rompi antipeluru yang kesemuanya ini sesuai standar protap pengamanan yang ditetapkan PNG Defence Force; dimaksudkan antisipasi adanya gangguan dari GPK, yang diperkirakan masih berada di hutan.
Para pekerja Indonesia sebagian besar tenaga kerja pria berasal dari Jawa, NTT, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Papua tinggal di Camp atau penampungan yang didirikan oleh perusahaan di tengah hutan. (*)