Perajin Beduk di Blitar Kebanjiran Order
Rabu, 1 Agustus 2012 9:58 WIB
Blitar - Sejumlah perajin di Kabupaten Blitar kebanjiran order pembuatan beduk atau gendang besar yang harus selesai sebelum Hari Raya Idul Fitri 2012.
Maskuri, salah seorang pengrajin beduk asal Desa Jeding, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar, mengemukakan permintaan beduk saat ini cukup besar yakni sekitar 200 beduk yang harus segera diselesaikan.
"Kami menerima pesanan cukup banyak, dan harus selesai akhir Ramadhan nanti. Ini, kami kerja lembur terus," ucapnya, Rabu.
Ia merasa sangat bersyukur dengan tingginya order saat Ramadhan tahun ini. Biasanya, ia hanya menerima order sekitar 15-20 beduk pada hari-hari biasa, dan saat ini jumlah orderan banyak.
Menurut dia adanya kenaikan order itu sudah terjadi sejak satu bulan sebelum Ramadhan. Pesanan datang dari dari berbagai daerah, seperti Sumatera, Kalimantan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, sampai Bali.
Ia juga mengaku kewalahan dengan pesanan yang cukup banyak tersebut. Biasanya, ia hanya dibantu sekitar tiga orang karyawannya, namun dengan order yang tinggi itu terpaksa menambah jumlah pegawai. Mereka bahkan bekerja sampai lembur demi memenuhi permintaan pelanggan.
"Saya menambah karyawan untuk membantu menyelesaikan pembuatan beduk. Semampunya, diselesaikan sesuai dengan waktu, namun jika tidak bisa terpaksa saya tunda untuk penyelesaiannya," ucapnya.
Untuk proses pembuatan beduk, kata dia, tidak terlalu sulit. Awalnya, harus dipilih kayu gelondongan ukuran besar sekitar 50 sentimeter sampai 100 centimeter.
Kayu itu jenisnya juga pilihan di antaranya mahoni, trembesi, sampai kayu jati, tergantung permintaan dari pelanggan. Kayu-kayu itu lalu dipotong sesuai dengan permintaan besarnya beduk.
Setelah dipotong, kayu itu dilubangi bagian tengahnya, hingga membentuk beduk.
Di kayu itu dilubangi kayu-kayu untuk menancapkan paku. Setelah jadi, lalu bagian luar kayu yang berlubang itu diberi tutup berupa kulit.
Kulit itupun juga dari berbagai macam ternak, seperti kulit sapi, kulit kerbau, maupun ternak lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk beduk. Setelah jadi, kulit itu dipasangi paku-paku, diampelas, dan diberi pelitur.
Maskuri juga mengungkapkan, harga untuk beduk yang dibuatnya tidak terlalu mahal, mulai Rp1,5 juta sampai Rp30 juta. Walaupun permintaan cukup besar, ia juga mengaku agak kesulitan untuk mencari bahan baku. Sebab, untuk membuat beduk memang diperlukan kayu dengan diameter tertentu.
Sebenarnya, ia juga berencana untuk mengembangkan usaha yang dirintisnya sejak lama tersebut. Namun, karena terbentur dengan modal yang terbatas, ia mengerjakan kerajinan itu semampunya.
Ia berharap, pemerintah juga nantinya bisa memberi kemudahan untuk pengajuan modal usaha. Ia berharap, dengan usahanya ini bisa memberikan manfaat, terutama untuk warga sekitar dengan memberi mereka pekerjaan.(*)