Jakarta (ANTARA) -
Baca juga: Selasa ini rupiah turun 42 poin menjadi Rp15.567 per dolar AS
Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp22,17 triliun pada Selasa (3/9), lebih tinggi dibandingkan volume perdagangan Senin (2/9) yang sebesar Rp17,63 triliun.
Kepemilikan asing pada obligasi Pemerintah Indonesia turun sebesar Rp0,56 triliun menjadi Rp851 triliun atau 14,48 persen dari total yang beredar pada Senin (2/9).
Di sisi eksternal, kekhawatiran pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) muncul kembali. Kekhawatiran tersebut disebabkan oleh indikator manufaktur dan indikator sektor konstruksi yang lebih rendah dari perkiraan.
S&P Global US Manufacturing PMI pada Agustus 2024 turun menjadi 47,9, dan bahkan lebih rendah dari perkiraan konsensus sebesar 48.
Sementara itu, ISM Manufaktur AS pada Agustus 2024 meningkat menjadi 47,2 dari 46,8, meskipun lebih rendah dari perkiraan sebesar 47,5 dan masih dalam fase kontraksi.
Data sektor manufaktur AS yang lebih lemah mengindikasikan bahwa sektor manufaktur di AS belum pulih. Selain itu, belanja konstruksi AS mencatat -0,3 persen month on month (mom), lebih rendah dari ekspektasi 0,1 persen mom, mencerminkan pelemahan di sektor konstruksi.
Sektor konstruksi dan manufaktur merupakan kontributor utama produk domestik bruto (PDB) AS, sehingga pelemahan data tersebut menunjukkan risiko yang lebih tinggi dari perlambatan pertumbuhan ekonomi AS di paruh kedua 2024.
Imbal hasil (yield) US Treasury (UST) 10-tahun turun sebesar 7 basis poin (bps) menjadi 3,83 persen karena risiko perlambatan ekonomi AS akan menyebabkan penurunan suku bunga kebijakan dari bank sentral AS atau The Fed.
Josua memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp15.475 per dolar AS sampai dengan Rp15.600 per dolar AS.