Malang Raya (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya mengintensifkan langkah sosialisasi kepada masyarakat terkait rencana pemerintah yang sedang mengembangkan pemanfaatan energi panas bumi.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid di Kota Batu, Jawa Timur, Selasa, mengatakan salah satu hal yang perlu diantisipasi adalah muncul potensi persoalan sosial di tengah masyarakat.
"Sering ada masalah sosial karena masyarakat setempat banyak yang belum memahami soal panas bumi, seperti yang dikatakan bahwa ini dianggap merusak lingkungan, mengurangi air tanah, dan sebagainya," kata Wafid.
Wafid menyatakan Indonesia menyimpan potensi apabila berbicara sumber daya alam, termasuk panas bumi. Pemanfaatannya juga bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Oleh karena itu, sosialisasi terus dikuatkan sebagai sarana mengedukasi masyarakat agar memahami langkah pemerintah dalam memanfaatkan panas bumi.
"Makanya kami melakukan sosialisasi juga dengan cara lain, dengan museum ekologi, ada PIG atau Pusat Informasi Geologi kami ada," ujarnya.
Dia tak memungkiri bahwa pola penyuluhan energi panas bumi akan optimal apabila materi yang disampaikan mudah dipahami oleh masyarakat.
Karena itu, kata dia pihaknya rutin melakukan evaluasi untuk mengukur ketepatan pelaksanaan sosialisasi dengan kondisi di lapangan.
"Masyarakat perlu diberikan pencerahan dan pemahaman, insya Allah kami terus evaluasi untuk bahan yang dipakai sosialisasi. Pemilihan kata untuk masyarakat harus mudah dipahami, heterogen karena ini ada masyarakat umum juga ada mahasiswa," ujarnya.
Selain pemanfaatan, Badan Geologi Kementerian ESDM juga memberikan pemahaman menyangkut mitigasi dan geografis setiap wilayah, sebab tak jarang lokasi eksplorasi berdekatan dengan aktivitas masyarakat.
"Masing-masing lokasi punya karakteristik sendiri, itu melihat dapur magma dan seperti apa sifat kimianya. Dieng itu ada gas toxic (beracun) di beberapa tempat yang harus diperhatikan, itu khusus di Dieng bukan di tempat lain di Lahendong dan Patuha tidak ada," ujarnya.