Jember (ANTARA) - Sejumlah pakar akademisi dan ulama memaparkan peran nilai Pancasila dalam meningkatkan toleransi beragama yang dikemas dalam workshop bertajuk "Peran Nilai-Nilai Pancasila dalam Meningkatkan Toleransi Beragama pada Era Digital" di Universitas Jember, Kamis.
Pakar yang hadir memberikan materi dalam rangkaian kegiatan Semarak Bulan Pancasila Unej, di antaranya Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur Abdul Halim Subahar, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, akademisi Fakultas Hukum Universitas Indonesia Dr. Edmon Makarim, dan pakar budaya Universitas Jember (Unej) Andang Subaharianto.
"Pancasila masuk pada ranah ijtihad dan Pancasila adalah pemikiran yang luar biasa. Setiap orang diberi ruang untuk ijtihad, perbedaan yang saling melengkapi karena rangkaian konferensi satu tujuan, yaitu ijtihad jama'i, diterima secara kolektif," kata Wakil ketua MUI Jawa Timur Abdul Halim Subahar.
Menurutnya, dalam arus besar Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan MUI sudah teruji karena selama tiga organisasi tersebut eksis maka kemungkinan Pancasila akan tetap pada muruahnya.
Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu mengatakan saat ini banyak media daring dan media sosial, namun media daring memiliki kode etik jurnalistik, sedangkan media sosial tidak punya kode etik secara khusus.
"Kami bersyukur pada awal 2024, Bapak Presiden Joko Widodo mengesahkan dukungan media platform pada media berkualitas, salah satunya tidak memfasilitasi perusahaan media yang tidak sesuai Pancasila," tuturnya.
Sementara Wakil Ketua Panitia Semarak Bulan Pancasila Unej Ermanto Fahamsyah dalam sambutannya mengatakan bahwa secara umum pada era digital banyak memberikan kemudahan dalam berkomunikasi dan berbagi informasi.
"Hal itu menjadi peluang besar untuk memperkuat toleransi antarumat beragama, namun juga membawa tantangan yang signifikan, seperti isu intoleransi, ujaran kebencian, dan hal negatif lainnya di media sosial," katanya.
Ia berharap worskhop tersebut membahas bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat dijadikan landasan untuk tetap dan terus menjaga serta mempromosikan toleransi beragama dalam masyarakat.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unej Fendi Setyawan mengatakan ada lima isu strategis yang beririsan dengan tema kegiatan workshop tersebut, yakni melemahnya pemahaman wawasan Pancasila dan menguatnya eksklusifisme sosial.
"Kemudian ketiga, terjadinya kesenjangan sosial yang tajam, lemahnya pelembagaan Pancasila, dan lemahnya keteladanan dan perilaku baik di ruang publik," ujarnya.