Batan Kembali Ajukan Galur Padi Unggul "Mugibat"
Rabu, 14 Desember 2011 17:23 WIB
Blitar - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) akan kembali mengajukan galur padi unggul bernama "Mugibat" yang diharapkan bisa dilepas Kementerian Pertanian menjadi padi varietas baru pada awal 2012.
"Sekarang sudah selesai uji multilokasi di 16 lokasi, tinggal menunggu SK Mentan," kata pemulia padi dari Batan, Prof Dr Mugiono yang menemukan sejumlah varietas padi unggul seperti Diah Suci, Bestari, dan Sidenuk usai Panen Perdana Padi Varietas Bestari seluas 50 hektare di Kelurahan Klemunan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jatim, Rabu.
Keunggulan varietas Mugibat (Mutan Unggul Galur Iradiasi Batan) adalah produktivitasnya tinggi dengan potensi 6,5 ton per ha seperti halnya Bestari, tahan hama wereng, hawar daun dan penyakit "Blast", serta rasa yang pulen seperti halnya Bestari.
Varietas padi Mugibat itu, jelas Mugiono, merupakan perbaikan dari padi vaerietas Cimelati yang dihasilkan Balai Penelitian Padi dan dilepas Kemtan pada 2003.
Sementara itu, varietas padi Sidenuk hasil riset radiasi nuklir Mugiono yang sudah dilepas Kemtan pada Mei 2011, sudah mulai banyak diminati petani karena rasanya yang sangat enak seperti varietas Diah Suci, namun memiliki kelebihan seperti lebih tahan rebah, produktivitas tinggi, dan tahan hama wereng.
Mugiono mengakui, Diah Suci memang kurang tahan rebah karena tanamannya tinggi. "Perlu ada kontrol pemupukan agar tidak mudah rebah, yakni pupuk sesuai anjuran Kemtan dengan komposisi Urea 250 gram KCl 100 dan P 100, jadi jangan terlalu banyak pupuk."
Inpari Sidenuk, urainya, merupakan perbaikan dari Diah Suci yang diradiasi untuk meningkatkan keragaman genetiknya dimana sifat-sifat unggul yang dulunya ada namun tertutup oleh gen dominan, muncul kembali. Hasil radiasi ini kemudian ditanam dan diseleksi, sehingga ditemukan variasi unggul.
Sementara itu, Wakil Bupati Blitar Riyanto mengatakan, varietas Bestari yang juga merupakan hasil riset Mugiono dan telah dilepas Mentan pada 2008, sangat cocok ditanam di Blitar karena produktivitas tinggi, umur panen pendek 115 hari, tahan wereng dan tidak mudah rebah.
"Kami ingin bekerja sama dengan Batan dalam penemuan benih-benih padi unggul, karena hasil riset padi unggul terus berkembang. Misalnya dulu IR 64 unggul, tapi sekarang sudah tak unggul lagi," ucapnya.(*)