Petani Trenggalek Enggan Tanam Padi Hibrida
Senin, 12 Desember 2011 17:32 WIB
Trenggalek - Sebagian besar petani di Kabupaten Trenggalek kurang berminat atau enggan menanam bibit padi hibrida yang diberikan secara cuma-cuma oleh dinas pertanian setempat, karena dinilai tidak tahan hama.
"Bantuan pemkab ada dua jenis, yakni jenis hibrida dan jenis serang. Dari kedua varietas itu, yang tidak ada peminatnya hanya jenis hibrida sedangkan untuk serang sudah habis," kata perangkat Desa Widoro Samsul Ma'arif, Senin.
Ia menjelaskan, kondisi yang dialami para petani di desanya juga terjadi di sejumlah desa lain di Kecamatan Gandusari. Mereka rata-rata merasa trauma menanam padi jenis hibrida, karena pada musim tanam sebelumnya padi jenis itu justru tidak tahan terhadap serangan hama wereng.
"Karena musim yang lalu begitu. Jenis lain masih bisa panen tapi untuk jenis hibrida banyak yang tidak panen," tuturnya.
Saat ini, lanjut dia, para petani di daerahnya lebih memilih untuk menanam padi jenis serang dan IR-64. Selain lebih tahan terhadap hama, jenis padi tersebut lebih mudah dalam perawatan.
Samsul mengklaim setelah beralih ke jenis serang dan IR-64, hasil panen saat ini kembali normal dan nyaris tidak terjadi serangan hama wereng.
"Lihat saja, hampir seluruh tanaman padi di kawasan Widoro utara ini tumbuh dengan baik, bahkan kalau dibanding hasil musim tanam yang lalu bisa berbalik 180 derajat," katanya sambil menunjukkan hamparan tanaman padi di desanya.
Meski demikian, Samsul tetap berharap petani di desanya tetap ada yang mau memanfaatkan bantuan pemerintah tersebut, karena apabila tidak dimanfaatkan akan terbuang sia-sia.
Menurut dia, pemerintah desa dan penyuluh pertanian telah menyiapkan beberapa cara agar serangan wereng tidak muncul kembali, salah satunya adalah dengan menyamakan masa tebar benih dan tanam padi.
"Seluruh sawah di Desa Widoro harus menebar benih tanggal 15 Desember, apabila semua sudah serempak maka potensi serangan hama itu akan lebih sedikit, karena areanya serangannya sangat luas," terangnya optimistis.
Sementara itu, salah satu petani Desa Widoro, Ahmad Ma'ruf, mengaku tetap enggan untuk menanam padi jenis hibrida, ia tidak ingin gagal panen terulang kembali. "Kalau ada jenis yang lebih unggul, kenapa harus mencoba yang lain," kata Ma'ruf.(*)