Siswa Belajar di Perpustakaan Akibat Atap Ambruk
Jumat, 2 Desember 2011 17:29 WIB
Jember - Puluhan siswa kelas VI SDN Ampel II Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, terpaksa belajar di ruang perpustakaan, Jumat, karena atap ruang kelas mereka ambruk, sehingga tidak bisa gunakan lagi untuk kegiatan belajar.
Guru SDN Ampel II, Masikah, Jumat, mengatakan puluhan siswa kelas IV, V, dan VI tidak lagi belajar di ruang kelas masing-masing karena kondisi ketiga ruang kelas tersebut memprihatinkan, bahkan ruang kelas VI sudah ambruk.
"Untuk sementara waktu, puluhan siswa harus belajar di sejumlah ruang darurat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti insiden ambruknya atap ruang kelas yang menimpa siswa," tuturnya.
Sebanyak tujuh siswa SDN Ampel II di Kecamatan Wuluhan terluka karena tertimpa atap sekolah setempat yang ambruk, Kamis (1/12). Bahkan ketujuh siswa tersebut harus dilarikan ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Wuluhan karena sejumlah siswa menderita luka lecet, memar, dan lebam akibat tertimpa material atap ruang kelas VI yang ambruk.
Menurut Masikah, sebanyak 22 siswa kelas VI terpaksa belajar di perpustakaan, 31 siswa kelas V harus belajar di ruang kelas taman kanak-kanak yang lokasinya satu sekolah dengan SDN Ampel II, dan sebanyak 15 siswa kelas IV terpaksa belajar di laboratorium komputer.
"Sejumlah guru bersama siswa terpaksa memindahkan bangku dan alat-alat belajar lainnya ke ruangan darurat yang bisa digunakan sebagai ruang belajar untuk sementara waktu," katanya menambahkan.
Sementara salah seorang siswa yang terluka karena tertimpa atap ruang kelas yang ambruk, Siti Lailatul mengaku masih trauma dengan kejadian yang menimpanya, namun tetap semangat untuk belajar di SDN Ampel II.
"Saya terkena kayu dan paku yang jatuh dari atap ruang kelas yang ambruk kemarin, namun hari ini saya tetap masuk sekolah bersama tujuh siswa yang tertimpa reruntuhan atap ruang kelas," tuturnya.
Ia mengaku kurang nyaman dengan kondisi tempat belajarnya di perpustakaan karena ruangan tersebut terlalu sempit dengan ukuran ruangan 2,5 x 5 meter, padahal jumlah siswanya sebanyak 22 siswa.
"Saya berharap ruang kelas VI segera diperbaiki, sehingga kami bisa belajar dengan tenang dan nyaman. Kami masih trauma belajar di ruang kelas lain yang kondisinya juga nyaris ambruk," katanya menambahkan.(*)