Trenggalek (ANTARA) - Sejumlah arkeolog dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur mulai melakukan ekskavasi tahap dua Situs Gondang yang terletak di Desa Gondang, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek.
Ketua Tim Ekskavasi BPK Wilayah XI Jatim Muhammad Ichwan, di Trenggalek, Minggu, menjelaskan ekskavasi lanjutan kali ini difokuskan pada identifikasi dan pembukaan sudut-sudut struktur.
"Harapannya, dengan penentuan sudut itu denah situs dan bentuknya bisa diprakirakan," kata Ichwan.
Ia menjelaskan, ekskavasi tahap dua ini dijadwalkan berlangsung selama enam hari. Ekskavasi itu menindaklanjuti temuan struktur batu bata kuno yang pertama kali ditemukan warga pada 2018.
Pada ekskavasi tahap awal, dilaksanakan 16 kotak gali dengan temuan enam arca. Untuk itu, dalam ekskavasi tahap dua ini bakal dilakukan penggalian lebih lebar sehingga seluruh struktur batu bata kuno bisa terlihat.
"Galian bagian sudut utara dan timur sudah sampai titik bawah. Jadi, kita fokus pelebaran," katanya.
Menurut Ichwan, temuan struktur batu bata kuno itu terbilang dangkal. Hal ini mengacu penemuan bagian atas struktur dari hasil penggalian yang tidak terlalu dalam.
Batu bata pada struktur itu berbentuk persegi panjang dan memiliki ketebalan antara 8-9 centimeter. Batu bata dengan bentuk itu biasa ditemukan pada bangunan era sebelum Majapahit.
"Struktur bata kuno yang diekskavasi itu berada tak jauh dari permukiman warga. Bahkan, lokasi salah satu sisinya hanya berjarak sekitar 10 meter dari salah satu rumah warga. Penggalian ke arah selatan dan barat tidak sampai ke rumah warga," katanya.
Ekskavasi tahap pertama sekitar Juli 2022, tim gabungan menemukan lima arca, dua di antaranya ditemukan warga pada 2018 dan struktur bata kuno berukuran jumbo.
Dari penggalian itu, tim yakin jika Situs Gondang memiliki usia lebih tua dari Kerajaan Majapahit, yaitu diperkirakan era Mataram Kuno abad X.
Struktur batu bata kuno berukuran jumbo itu diperkirakan adalah kaki sebuah candi.
"Ukurannya candi adalah 6x6 meter. Kemudian lapisan batu dalam yang ditemukan sembilan lapis. Batanya lumayan besar, kalau dilihat dari dimensinya berbeda dengan tinggalan Majapahit. Mungkin ini lebih tua," kata Pamong Budaya Ahli Madya BPK Jatim Mohammad Said.