AS-Inggris Desak Segera Hentikan kekerasan di Suriah
Minggu, 14 Agustus 2011 12:54 WIB
Washington (ANTARA/AFP/Xinhua-0ANA) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Inggris David Cameron pada Sabtu menyerukan "segera dihentikannya semua pertumpahan darah dan kekerasan" terhadap pengunjuk rasa di Suriah, kata Gedung Putih.
Dalam percakapan telepon, kedua pemimpin membahas situasi di Suriah, "mengulangi keprihatinan yang mendalam tentang penggunaan kekerasan pemerintah Suriah terhadap warga sipil dan mereka berkeyakinan bahwa tuntutan sah rakyat Suriah untuk transisi ke demokrasi harus dipenuhi," kata Gedung Putih dalam satu pernyataan.
"Mereka sepakat tentang perlunya menghentikan segera semua pertumpahan darah dan kekerasan terhadap orang-orang Suriah," kata pernyataan itu.
Pernyataan menambahkan, kedua pemimpin sepakat untuk terus memantau tindakan pemerintah Suriah dan berkonsultasi langkah-langkah selanjutnya di masa mendatang.
Dikatakan bahwa Obama dan Cameron juga membahas perkembangan terakhir dalam sistem keuangan global, persoalan Libya dan Afghanistan.
Obama juga berbicara dengan Raja Arab Saudi Abdullah sehari sebelumnya tentang situasi di Suriah, yang telah dicengkeram oleh protes anti-pemerintah sejak pertengahan Maret.
Pihak berwenang Suriah menuduh kerusuhan itu dilakukan oleh kelompok-kelompok teroris dan konspirasi asing.
Sementara itu dari Jeddah, Arab Saudi, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyerukan penguasa Suriah untuk menahan diri dalam memadamkan unjuk rasa anti-rezim itu dan menawarkan untuk menjadi penengah dalam suatu dialog.
Ketua OKI Ekmeleddin Ihsanoglu mendesak "kepemimpinan Suriah untuk menahan diri melalui penghentian segera penggunaan kekuatan menumpas demonstrasi rakyat," kata organisasi itu.
Damaskus juga diserukan "untuk melakukan dialog dengan semua pihak di Suriah untuk menyepakati langkah-langkah reformasi dan mempercepat pelaksanaannya."
Ihsanoglu menyatakan kesediaan OKI untuk memainkan satu peran dalam hal ini.
Ia yakin bahwa dialog merupakan satu-satunya pilihan untuk mengatasi krisis di negara itu.
Pasukan keamanan yang didukung tank-tank telah menumpas protes-protes pro demokrasi di berbagai kota sejak aksi itu meletus pertengahan Mei.