Surabaya (ANTARA) - PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usaha PT Bintang Toedjoe meresmikan pilot plant laboratorium kultur jaringan Kalbe Ubaya Hanbang-Bio (KUH) di kampus Universitas Surabaya, Kamis.
"Laboratorium KUH ini merupakan laboratorium pertama di Indonesia yang mengembangkan bahan baku ginseng dan benih jahe merah secara kultur jaringan tanaman. Langkah nyata menuju komersialisasi, dalam rangka mendukung kemandirian bahan baku nasional," kata Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe, Fanny Kurniati.
Fanny menjelaskan, tujuan pembangunan pilot plant adalah sebagai penelitian lanjutan dari skala laboratorium yang telah dilakukan pada rentang tahun 2018-2021 sebelum memasuki tahap komersial. Pengembangan benih jahe merah secara kultur jaringan tanaman juga dikembangkan.
"Pilot plant ini dilengkapi dengan sistem AHU yang telah terintegrasi dengan Building Automation System (BAS), sehingga pemantauan kondisi ruangan pilot plant lebih terkontrol dengan baik," kata Fanny.
Fanny menjelaskan, dengan adanya pilot plant ini maka akan mempercepat persiapan menuju skala komersial. Selain itu, juga menghasilkan bahan baku ginseng serta benih jahe merah berkualitas yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku lokal dan berpotensi digunakan untuk pasar global.
"Peresmian pilot plant Laboratorium KUH ini merupakan komitmen kami dalam mendukung Program Kemandirian Bahan Baku Nasional, sehingga menciptakan proses yang terintegrasi dan berkesinambungan pada industri farmasi terutama dalam menyediakan bahan baku yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat," kata Fanny.
Rektor Ubaya Dr. Benny Lianto mengatakan, laboratorium kultur jaringan KUH merupakan hasil kerja sama antara kampusnya dengan PT Bintang Toedjoe dan Hanbang-Bio Co.Ltd (Kyung Hee University) Korea Selatan.
Benny Lianto menyatakan, peningkatan skala produksi ginseng Korea dan jahe merah Indonesia dengan metode kultur jaringan dari skala laboratorium ke skala pilot merupakan salah satu perwujudan visi Fakultas Teknobiologi Ubaya untuk menghasilkan karya yang manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat.
"Bergesernya skala produksi ini juga memperluas bidang-bidang yang dipelajari oleh mahasiswa dan ginseng yang diproduksi dengan cara baru ini bisa dinikmati oleh masyarakat luas," ujarnya.
Bila umumnya satu bioreaktor kecil menghasilkan sekitar 3 kilogram ginseng, kata dia, pilot plant dapat menghasilkan sekitar 40 kilogram dalam satu kali proses. Hal ini karena kapasitasnya sebesar 200 liter atau setara dengan 14 bioreaktor kecil.
"Dengan masa panen yang sama, yaitu delapan minggu, waktu dan tenaga tentu menjadi lebih efisien. Selain itu, kalau dalam satu kali proses berhasil, semua pasti berhasil sehingga tidak ada fluktuasi hasil," ujar Benny Lianto.
Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasin, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Agusdini Banun Saptaningsih mengapresiasi, pilot plant yang dikembangkan oleh Kalbe melalui PT Bintang Toedjoe dan berkolaborasi dengan Ubaya dan Hanbang-Bio Korea.
"Kami apresiasi dengan sangat baik dalam rangka mendukung kemandirian bahan baku nasional, khususnya bahan baku ginseng dan jahe merah. Dengan adanya pilot plant ini, maka pengembangan penelitian ginseng dan jahe merah telah selangkah lebih maju mendekati komersialisasi," ujarnya.
Renovasi Pilot plant Laboratorium KUH yang dilakukan oleh Kalbe melalui anak usaha PT Bintang Toedjoe ini terdiri dari pembangunan fasilitas pilot plant, alat-alat laboratorium, dan supporting system lainnya. Sehingga, mendukung jalannya proses penelitian pilot produksi ginseng.
Pilot plant ini juga didukung Ubaya melalui program Matching Fund Kedaireka Kampus Merdeka dengan Kemendikbud-Ristek RI yang sudah berjalan sejak 2021. Program ini mendukung kerja sama universitas dengan mitra atau DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) dalam berbagai bidang.
Matching Fund yang diajukan pada tahun 2022 memiliki tema Kemandirian Kesehatan, dengan ruang lingkup adopsi atau difusi, hilirisasi, komersialisasi produk, purwarupa, teknologi, kebijakan (termasuk mini-plant, teaching factory, teaching industry) untuk memenuhi kebutuhan mitra.
Dana program mencapai Rp6 miliar selama kurun waktu dua tahun terakhir, digunakan untuk pembelian alat-alat pendukung pilot plant dan mendukung peta jalan penelitian ginseng. (*)