Sidoarjo (ANTARA) - Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sidoarjo Idham Kholid mengingatkan tentang penguatan jati diri dalam berkebangsaan seiring kemajuan teknologi informasi saat ini bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan nilai demokrasi.
"Orang Sidoarjo dalam hal ini orang Indonesia bisa berkomunikasi dengan orang belahan Eropa," katanya di sela sosialisasi empat pilar MPR RI di Sidoarjo, Kamis.
Ia mengatakan untuk membentengi itu salah satunya dengan memperkuat identitas diri supaya bisa beradaptasi dengan perubahan tersebut.
"Sosialisasi empat pilar sangat penting dan harus diperkuat untuk mengingatkan identitas diri atau identitas kebangsaan tersebut," katanya.
Ia mengatakan ada tiga hal yang harus diperkuat di masyarakat pertama adalah seluruh masyarakat harus memperkuat imun terhadap kekuatan yang bisa hilangkan identitas kebangsaan tersebut.
"Kemudian di tingkat menengah, organisasi masyarakat harus berisi organisasi yang memiliki visi penguatan kebangsaan. Ketiga pemerintah membuat undang-undang untuk memperkuat kesadaran wawasan kebangsaan," katanya.
Baginya semua kalangan harus beradaptasi dan harus terbuka agar tidak ada nilai resistensi. Selain itu, semua pihak harus memiliki kesepakatan nilai membangun harmoni dan tidak membuka polarisasi.
"Nah, semua nilai harmoni itu, semua ada di dalam Pancasila. Untuk menjaga NKRI harus konsolidasi kuat. Yakni konsolidasi ketiga tingkatan. Mulai konsolidasi di tingkat bawah ke masyarakat mengakui Bhinneka Tunggal Ika, tingkat menengah menjaga konsolidasi setiap kalangan, organisasi, kelompok dan berbagai suku serta konsolidasi tingkat atas melibatkan para pembuat kebijakan mulai Legislatif, eksekutif maupun yudikatif dalam menata kenegaraan," katanya.
Anggota Fraksi Partai Nasdem DPR RI Willy Aditya dari Dapil Madura, Jawa Timur, dalam kesempatan itu mengatakan dalam 5 butir Pancasila sudah mengandung pendekatan spiritual.
"Di dalam Pancasila ada nilai-nilai spiritualitas. Makanya, Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila, NKRI maupun Bhinneka Tunggal Ika harus ada di rumah, tempat ibadah, kampus dan di tempat-tempat lainnya," katanya.
Ia mengatakan, tradisi dan kultur kebangsaan tidak boleh rusak dan dijadikan bahan memecah bela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Alasannya, karena hal itu menjadi sebuah modal besarnya suatu negara.
"Artinya Way of life dan Way Of Thingking harus didasari semua nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Karena metodologi indoktrinasi Pancasila tidak masuk dan meresap ke dalam pemikiran. Kalau semua hafal sila Pancasila tetapi jiwanya kosong akan nilai-nilai Pancasila," katanya.
FKUB Sidoarjo ingatkan penguatan jati diri kebangsaan
Kamis, 21 Juli 2022 22:00 WIB