Lumajang (ANTARA) - Warga memadati Kampung Renteng di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, yang bagian wilayahnya tertimbun abu vulkanik guguran Gunung Semeru pada Minggu pagi.
"Mulai tadi pagi banyak yang datang. Ada yang melihat-lihat, ada yang ingin tahu kondisi keluarganya," kata Ponijan, warga Kampung Renteng.
Aparat TNI dan Polri serta sukarelawan meminta warga tidak mendekati bagian kampung yang tertimbun abu, namun permintaan mereka tidak diindahkan oleh warga.
Namun sekitar pukul 06.30 WIB warga yang memadati Kampung Renteng berhamburan lari meninggalkan kampung itu karena petugas menyampaikan peringatan mengenai munculnya asap dari sekitar Gunung Semeru.
Di Kampung Renteng, abu vulkanik Semeru meliputi rumah, pabrik, tempat ibadah, dan kendaraan warga. Setidaknya ada dua truk dan sepeda motor yang tertimbun abu di kampung itu.
Hujan abu juga menyebabkan kematian beberapa ternak di Kampung Renteng.
Ponijan mengungkapkan bahwa setelah erupsi Gunung Semeru pada Sabtu sore (4/12) ada beberapa warga kampung yang dilaporkan hilang, diduga tertimbun abu.
"Di bawah ini ada rumahnya warga. Yang di ujung itu pabrik tepung. Semuanya tertimbun," katanya sambil menunjuk bangunan-bangunan yang tertutup abu.
Peringatan untuk menjauhi sungai dan menyelamatkan diri apabila terdapat tanda-tanda berbahaya dipasang di dekat sungai di Kampung Renteng. Rambu-rambu jalur evakuasi juga sudah ada di kampung tersebut.
Sejumlah warga kampung terlihat kembali ke rumah untuk mengambil barang-barang mereka, termasuk pakaian, kasur, televisi, meja, dan kursi.
"Saya ke sini mengambil baju-baju yang masih bisa diselamatkan. Syukurlah keluarga semua aman," kata Muchsin, warga Kampung Renteng yang mengungsi ke rumah kerabat untuk menghindari dampak erupsi Semeru.
Pada Sabtu sore (4/12), Gunung Semeru mengeluarkan asap panas dan menimbulkan hujan abu ke daerah di sekitarnya. Warga yang tinggal di perkampungan di sekitar gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu mengungsi untuk menghindari dampak guguran awan panasnya. (*)