Kediri (ANTARA) - Eni Nur Hidayati (55) adalah peserta JKN-KIS, warga Kabupaten Kediri, Jawa Timur ini pernah dirawat selama satu pekan di Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan (RSMAD) Kediri setelah demam dan mual.
Enida mengungkapkan sakit yang dideritanya itu terjadi pada 2018. Ia dibawa ke IGD RSMAD Kediri oleh keluarganya. Meskipun kamar rawat inap sedang penuh, ia tetap bersedia menunggu hingga kamar tersedia.
"Kondisi saya harus rawat inap, tapi karena penuh saya hendak dirujuk ke RS lain oleh RSMAD. Saya sampaikan bahwa saya hanya mau dirawat inap di sini (RSMAD). Alhamdulillah, dengan kuasa Allah ada seorang pasien yang keluar dan kamarnya bisa ditempati setelah disiapkan," kata perempuan yang juga penyiar sebuah radio swasta di Kediri itu, Kamis.
Ia mengatakan, kamar yang ditempatinya pada malam itu adalah kamar kelas tiga. Kendati secara kepesertaan seharusnya mendapatkan kelas satu, ia tetap merasa bersyukur bisa diterima di RSMAD.
Menurut dia, reputasi baik yang telah mengakar di keluarganya menjadi dasar untuk memilih rumah sakit tersebut.
Dirinya menambahkan, perawatan di kelas tiga hanya sementara. Keesokan harinya ia dipindahkan ke kamar lain yang sesuai dengan hak akomodasinya.
"Saya sudah sering mendampingi ayah berobat di beberapa rumah sakit dan merasa puas dilayani di RSMAD. Jaraknya juga tergolong paling dekat dari rumah. Istilahnya ngotot tapi sadar diri juga. Meskipun sementara harus turun kelas, tidak masalah karena yang penting saya bisa segera ditangani," kata Enida.
Sebagai seorang peserta JKN-KIS, Enida tidak dikenai biaya saat berobat. Kondisi ini sama dengan yang dialami ayahnya.
Untuk pengobatan rawat inap yang berkali-kali dijalani, ayahnya hanya dikenai biaya tambahan saat naik kelas perawatan atas permintaan sendiri.
Menurut dia, program JKN-KIS adalah program yang positif. Ia juga merasa tidak pernah mengalami kesulitan yang berarti saat memanfaatkan JKN-KIS milik ayahnya. Satu kendala yang pernah dialaminya adalah saat petugas rumah sakit memintanya untuk mengurus perbaikan data ayahnya yang tidak sesuai dengan KTP.
"Pada kolom nama terdapat beberapa perbedaan huruf antara KTP dengan yang ada di KIS-nya. Saat ayah saya dirawat, saya ke BPJS untuk mengurus ini. Harapan saya ke depannya bisa ditingkatkan lagi keakuratan petugas dalam mengentri data kami. Selebihnya, semoga BPJS Kesehatan dapat terus memberikan pelayanan yang baik lewat koordinasi yang lebih baik lagi dengan rumah sakit, selalu berkembang sesuai dengan masukan dan kritik dari masyarakat," pungkas Enida. (*)