Trenggalek (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, membangun jalan baru di jalur selingkar Wilis daerah itu menuju Kecamatan Bendungan yang sempat terputus total akibat terdampak longsor, beberapa waktu lalu.
Pantauan di lokasi longsor Desa Suren Lor, Kecamatan Bendungan, Senin, sebuah alat berat dikerahkan untuk membuat ruas badan baru yang menghubungkan jalan pemukiman setempat.
Jarak antara titik badan jalan antarkecamatan yang amblas terseret longsor dengan jalan baru ini sekitar 25 meter, melingkar dengan bentang kurang lebih 40 meter.
"Pelebaran dan jalan tembus dilakukan agar kendaraan roda empat bisa melintas menuju pemukiman yang ada di atas (Kota Kecamatan Bendungan dan sekitarnya hingga wilayah Tulungagung) atau sebaliknya," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Trenggalek Ramelan.
Jika selesai tahap pembukaan dan pelebaran jalan, pihaknya akan melanjutkan melakukan pengerasan badan jalan.
Sejumlah kendaraan, khususnya kendaraan roda dua, sudah mulai melintas di sela pengerjaaan menggunakan alat berat jenis eksavator tersebut.
Longsor di titik longsor Desa Suren Lor itu terjadi pada Sabtu (4/4) sore akibat hujan dengan intensitas curah yang tinggi. Panjang jalan yang putus akibat longsor sekitar 25 meter.
Satu sisi jalan merupakan tebing tinggi tanpa penahan. Sementara sisi lainnya adalah jurang yang langsung berbatasan dengan sungai dengan kedalaman lebih dari 30 meter.
Ramelan menyebut jalan tersebut mustahil untuk diperbaiki. "Pontensi longsor lagi. Jadi diperbaiki juga percuma," ujarnya.
Untuk penanganan jangka panjang, Dinas PUPR akan membangun jalan di jalur lain sebagai pengganti jalan yang putus itu. "Akan kami dialihkan. Kemungkinan begitu," ujar Ramelan.
Jika jalur baru telah terbangun, pihaknya akan menutup akses menuju jalan yang ambrol itu.
Kepala Desa Surenlor Sujiono mengatakan, jalur alternatif yang ada memiliki lebar antara 1,5 meter hingga 2,5 meter.
"Mulai pagi warga sudah gotong royong untuk melebarkan jalur alternatif. Rencananya kami buat sekitar 4,5 meter lebarnya," kata dia yang menjelaskan lahan di jalur alternatif itu adalah milik warga.
Pihak desa akan mengusulkan beberapa pilihan jalur lain untuk dipilih sebagai jalan utama nantinya.
"Kami koordinasikan dengan PU dulu, yang paling pas yang mana," kata Sujiono.