Surabaya (ANTARA) - Kepala Kantor Wilayah IV Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Dendi Rahmat Sutrisno akan melihat dulu mekanisme pasar di beberapa wilayah Jatim terkait adanya kenaikan komoditas empon-empon yang cukup tinggi di sejumlah pasar akibat merebaknya wabah Corona.
"Kami harus melihat dulu, apa ada permainan harga atau ada yang sengaja menahan komoditas itu sehingga terjadi kenaikan yang cukup tinggi di Jatim," kata Dendi, dikonfirmasi di Surabaya, Jumat.
Dendi mengatakan, jika kenaikan empon-empon diakibatkan minimnya stok dan tingginya permintaan, maka hal itu sangat wajar, karena sesuai dengan prinsip ekonomi.
Namun apabila stok di lapangan banyak dan harga mahal akibat penahanan oleh pemodal besar, maka akan ditindak dengan tegas.
KPPU IV, kata dia, masih mengumpulkan sejumlah data terkait adanya kenaikan empon-empon di beberapa pasar wilayah Jawa Timur.
Dia yakin, Jatim sebagai provinsi yang surplus di berbagai komoditas, masih sangat kuat persediaannya sampai Lebaran.
Oleh karena itu, Dendi berharap, konsumen dan pedagang lebih bijak dalam menjual dan membeli sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak ada aksi borong yang menyebabkan harga semakin tinggi.
Sebelumnya, harga komoditas empon-empon di berbagai pasar Jawa Timur mengalami kenaikan, seperti di pasar tradisional Kota Madiun yang mengalami kenaikan signifikan seiring tingginya permintaan akibat adanya wabah global virus Corona atau COVID-19.
Sunarti, salah satu penjual dagangan empon-empon di Pasar Besar Madiun mengatakan harga jahe jenis gajah Rp40.000 per kilogram.
Padahal, sebelumnya hanya Rp34.000 per kilogram. Begitu pula jahe jenis emprit dan gundul yang semula Rp38.000 dan Rp36.000 per kilogram, kini harganya juga naik di angka Rp40.000 per kilogram.
Tak hanya jahe, harga temulawak dan kunyit juga ikut naik. Jika sebelumnya satu wadah hanya Rp7.000, kini harganya naik menjadi Rp10.000 per wadah. Kenaikan sudah terjadi di tingkat distributor. Sehingga, pedagang juga ikut menaikkan harga jual.
Pedagang di Pasar Keputran, Surabaya Halimah (35) mengakui hal yang sama, yakni beberapa harga rempah-rempah naik signifikan, seperti jahe merah yang semula dibandrol Rp40 ribu per kilogram, sekarang menjadi Rp80 ribu per kilogram.
Sementara Sere sekarang Rp15 ribu (per kilogram), biasanya cuma Rp5 ribu, kemudian Temulawak Rp20 ribu (per kilogram), biasanya Rp7 ribu. (*)