Kediri (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur meminta masyarakat mewaspadai dampak perubahan cuaca yang bisa saja terjadi saat masa transisi dari musim hujan ke kemarau.
"Prakiraan (hujan) Januari-Februari dan Maret itu mulai transisi, tapi belum habis (hujan). Nanti April sudah mulai masuk musim kering. Kalau dari prakiraan BMKG, pada masa transisi ini bisa menimbulkan angin kencang dengan kecepatan hingga 64 kilometer per jam. Itu patut diwaspadai," kata Kasi Pencegahan BPBD Provinsi Jatim Dadang Ikhwandi saat berkunjung ke Kediri, Kamis.
Ia juga meminta masyarakat mewaspadai fenomena cuaca yang terkadang munculnya secara tiba-tiba. Misalnya, Siklon Tropis Ferdinand yang muncul pada 27 sampai 29 Februari 2020.
Selain itu, pernah juga terjadi Siklon Tropis Flamboyan atau Madden Julian Oscillation (MJO). Sesuai dengan prakiraan saat itu pada Maret sudah mulai kemarau, namun ternyata intensitas hujan tinggi.
Ia mengatakan, munculnya siklon itu memang bisa diprediksi dalam waktu dekat, namun tidak dalam waktu yang jauh-jauh hari, misalnya tahunan.
Untuk itu, warga diharapkan bisa mendapatkan informasi dengan cepat, salah satunya dari aplikasi BMKG.
Dia juga mengatakan bahwa di Jatim, berbagai ancaman bisa terjadi, mulai dari banjir, tanah longsor, angin kencang, bahkan likuifasi.
Untuk di Kota Kediri, ancaman bencana yakni angin kencang serta kebakaran lahan.
Selama 2019, lanjut dia, jumlah kejadian bencana di Jatim juga relatif mengalami kenaikan dari semula 2018 yakni 392 kejadian menjadi 459 kejadian (2019).
Hal ini salah satunya karena cuaca ekstrem, angin kencang yang kejadiannya cukup besar, bahkan naik hingga 100 persen.
Pihaknya juga terus melakukan edukasi untuk kesiapan menghadapi bencana. Salah satu yang dilakukan dengan intensif membentuk desa tangguh bencana.
Di Jatim, dari 8.501 desa dan kelurahan, sebanyak 2.742 desa dan kelurahan masuk kategori tinggi rawan bencana.
Dari jumlah 2.742 desa dan kelurahan yang rawan bencana itu, baru ada 612 desa/kelurahan yang sudah menjadi desa tangguh bencana.
Untuk itu, BPBD Jatim awal Januari hingga Maret 2020 harus bisa menyelesaikan 40 desa/kelurahan menjadi desa tangguh bencana.
"BPBD kabupaten/kota juga mempunyai program yang sama, sebab saat terjadi bencana yang paling dekat kan dari pemerintah desa atau kelurahan. Jadi, 0-6 jam (dari kejadian bencana) diupayakan masyarakat mandiri dulu," kata dia.