Jombang (ANTARA) - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur telah menyelesaikan proses ekskavasi untuk penyelamatan situs cagar budaya petirtaan di dasar sendang Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kabupaten Jombang.
Proses ekskavasi penyelamatan dimulai sejak 30 Juli hingga Sabtu. Penggalian terstruktur dan metodis sesuai kaidah arkeologi itu dilakukan guna mendapatkan gambaran lebih detail mengenai profil petirtaan ini.
Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho menuturkan hingga hari terakhir ekskavasi penyelamatan, bentuk bangunan cagar budaya petirtaan di dasar sendang Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang, yang berhasil disingkap masih sekitar 30-40 persen seluas 12 meter x 18 meter, karena sebagian besar masih tertutup tanah di sisi selatan dan timur.
"Di hari ini kita sudah menemukan dua sudut, sudut barat laut dan timur laut yang berukuran kurang lebih 18 meter. Nah, terus kemudian yang menyiku menyambung ke saluran air. Ini semakin menguatkan bahwa peninggalan cagar budaya di Dusun Sumberbeji merupakan struktur petirtaan atau kolam air yang kami perkirakan peninggalan masa kerajaan Majapahit," katanya saat ditemui di lokasi penemuan situs, Sabtu.
Sebelumnya pada hari ketiga eskavasi penyelamatan ditemukan arca Jaladwara dan juga ada pancuran-pancuran terbuat dari bata di beberapa dinding, menempel langsung pada struktur bangunan yang memperkuat bahwa cagar budaya itu merupakan struktur petirtaan.
Dari hasil eskavasi penyelamatan yang dilakukan selama lima hari, Wicaksono bisa memperkirakan petirtaan di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, memiliki bentuk persegi dari barat ke timur dengan panjang sekitar 18 meter dan dari utara ke selatan kemungkinan sekitar 24 meter karena jarak saluran air ke sudut sisi utara sepanjang 12 meter.
"Yang di tengah-tengah ada bangunan berbentuk persegi dengan diameter sekitar 3,84 meter, yang menjadi center atau pusat dari bangunan kolam petirtaan ini, seperti Candi Tikus dan di Magetan itu ada petirtaan dewi sri yang di tengah keluar pancuran. Kita masih mencari bagaimana bentuk bagunan tengah itu seperti apa," kata Wicaksono.
Sementara dari titik tengah struktur bangunan petirtaan jarak ke dinding sisi utara sekitar 8,7 meter.
Ia mengungkapkan hipotesis (anggapan dasar atau jawaban sementara) bangunan petirtaan itu dihubungkan oleh saluran air utama berbentuk seperti huruf S dari arah barat air sepanjang 12 meter menyambung ke struktur petirtaan yang ada di tengah selanjutnya air keluar lewat pancuran-pancuran.
"Kemudian dari saluran utama air juga dibagi mengelilingi bangunan utama yang ada di tengah, ada Jaladwara-jaladwara. Bisa kita lihat di dinding sisi utara juga barat ada tonjolan berfungsi sebagai pancuran air. Di hari ketiga juga ditemukan arca Jaladwara di dinding sebelah barat," tandas Wicaksono.
Saat ini, pihaknya belum menemukan saluran buang, selain itu dasar lantai petirtaan tersebut nuga belum ditemukan. "Apakah lebih dalam dari saluran air masuk sedalam 205 sentimeter atau lebih," katanya.
Juga ada struktur ke selatan yang sudah terlihat dari sudut timur laut, namun belum dilakukan eskavasi. Karena pihak BPCB harus menghitung volume kerja dan memprioritaskan mendalami dasar kolam dan coba menghubungkan antara saluran air ke bangunan utama petirtaan di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.
"Harusnya dalam konsep, ada struktur dari saluran air ke bangunan utama karena di bagunan utama ada lubang-lubang seperti yang bisa kita lihat. Logikanya ada struktur yang mengarah ke sana, karena air dibagi ke pancuran-pancuran pada pusat petirtaan," imbuhnya.
Dari hasil survei penyelamatan petirtaan ini, pihak BPCB Jatim akan merekomendasikan untuk dilakukan kegiatan eskavasi lanjutan.
"Nanti hasil survei penyelamatan ini akan kami laporkan ke pimpinan untuk dilakukan rekomendasi eskavasi. Juga nanti tangal 7 Agustus, kami akan lakukan audiensi dengan bupati atau wakil bupati untuk memaparkan hasil survei penyelamatan. Juga mendiskusikan tindak lanjut ke depan yang bisa kita lakukan bersama-sama," kata Wicaksono.