148 Kasus DBD, Jember Belum KLB

Antisipasi Demam Berdarah Warga melakukan pengasapan atau fogging di Kelurahan Kebonsari, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, Minggu (3/12). Pengasapan tersebut dilakukan secara swadaya oleh warga untuk pencegahan wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang muncul pada peralihan musim. Antara Jatim/Seno/mas/17.

Jumlah kasus DBD memang mengalami peningkatan di Kabupaten Jember dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun tidak ada penetapan kejadian luar biasa (KLB) terkait DBD di Jember,

Jember (Antaranews) - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Jember, Jawa Timur mencapai 148 kasus dan tidak ada pasien yang meninggal dunia karena penyakit DBD tersebut berdasarkan data dinas kesehatan setempat sejak Januari hingga pertengahan Februari 2019.

"Jumlah kasus DBD pada Januari 2019 tercatat sebanyak 90 kasus dan Februari hingga pertengahan tercatat sebanyak 50 kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember Siti Nurul Qomariyah di Kabupaten Jember, Senin.

Menurutnya kasus DBD terbanyak berada di Desa Kemungisari Kidul, Kecamatan Jenggawah, dan beberapa kelurahan di Kecamatan Sumbersari, dan Kecamatan Kaliwates, sehingga pihaknya terus gencar melakukan sosialisasi untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

"Jumlah kasus DBD memang mengalami peningkatan di Kabupaten Jember dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun tidak ada penetapan kejadian luar biasa (KLB) terkait DBD di Jember," tuturnya.

Ia menjelaskan pemerintah bersama masyarakat giat melakukan PSN dengan cara mengubur, menutup, dan menimbun (3M) untuk menekan penyebaran berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti, sehingga kasus DBD dapat menurun di Kabupaten Jember.

"Cara yang paling efektif untuk menekan DBD adalah PSN secara intensif, bukan pengasapan atau fogging yang hanya membunuh nyamuk Aedes Aegypti pada saat dilakukan fogging saja, sehingga perlu dibangun kesadaran masyarakat untuk meningkatkan gerakan PSN," katanya.

Ia mengatakan fogging dilakukan setelah ada tiga pasien yang positif DBD, kemudian puskesmas melakukan kunjungan untuk penyelidikan epidemologi atau kajian melihat sejauh mana penularan demam berdarah di wilayah setempat dan angka bebas jentiknya yang tinggi, sehingga baru bisa difogging.

Jika fogging dilakukan sembarangan, lanjut dia, dikhawatirkan nyamuk akan kebal terhadap obat kimia tersebut dan pengasapan tersebut juga bisa menjadi racun bagi lingkungan sekitar karena kandungan zat dalam gas fogging juga berbahaya bagi kesehatan manusia kalau terhirup secara berlebihan.

"Saya imbau masyarakat lebih menggiatkan gerakan PSN dan ada yang menjadi juru pemantau jentik di setiap keluarga, sehingga penyebaran nyamuk Aedes Aegypti bisa ditekan di Jember dan kasus DBD bisa menurun," ujarnya.(*)