Blitar (Antaranews Jatim) - Para pelajar di Kota Blitar, Jawa Timur, menggelar drama kolosal tentang pemberontakan tentara Pembela Tanah Air yang dipimpin oleh Supriyadi di Monumen PETA Kota Blitar, Rabu (14/2) malam.
Wakil Wali Kota Blitar Santoso, Kamis mengatakan, kegiatan ini sengaja dilakukan guna menanamkan nilai-nilai perjuangan pada anak-anak sehingga mereka bisa belajar semangat perjuangan para pahlawan tersebut.
"Ini harus selalu ditanamkan ke anak-anak bangsa, generasi muda supaya tahu sejarah. 14 Februari bukan hari yang lain, tapi hari peristiwa besar bagi Indonesia khususnya Blitar," katanya.
Ia mengungkapkan, pada 14 Februari telah terjadi pemberontakan oleh para pemuda yang dipimpin oleh Supriyadi dalam melawan tentara Jepang. Karena itu, kami ingin agar peristiwa ini sebagai upaya menghargai perjuangan para pahlawan.
"Andaikan waktu itu Supriadi tidak memelopori, saya tidak tahu semangat nasionalis dan patriotisme bangsa ini. Tapi, alhamdulillah berkat keberanian dan perjuangan melawan penjajah menjadi inspirasi pemberontakan di daerah lainnya melawan penjajah," katanya.
Sementara itu, sejumlah pelajar yang ikut acara tersebut mengaku senang. Mereka merasa berada di tengah peperangan aslinya dan merasa tergerak hatinya ingin ikut berjuang melawan penjajah. Mereka juga menjadi bersemangat untuk terus mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya.
"Saya bangga karena sebagai pelajar dapat mengetahui sejarah Peta memberontak. Kami, para pemuda juga memahami 14 Februari sebagai hari PETA. Saya juga ingin berkarya untuk bangsa ini dan ke depan Indonesia lebih baik lagi," kata Rizki Amrullah, seorang pelajar.
Kegiatan drama kolosal itu diikuti para pelajar hingga seniman di Kota Blitar. Mereka juga berperan masing-masing, misalnya sebagai tentara PETA, Jepang, hingga masyarakat biasa. Pakaian yang mereka kenakan juga disesuaikan dengan peran yang diemban.
Drama itu memang mengisahkan tentang perjuangan heroik para tentara muda PETA melawan penjajah Jepang. Drama ini diawali dengan kedatangan tentara Jepang di Indonesia.
Untuk mendapat simpati dari rakyat Indonesia, tentara Jepang menyebut Indonesia sebagai saudara tua. Mereka juga merekrut para pemuda Indonesia dijadikan sebagai tentara militer Jepang dengan istilah Sudanco.
Namun kedatangan para tentara Jepang ini bukan bertujuan memakmurkan rakyat Indonesia, melainkan menyengsarakan. Rakyat Indonesia dipaksa kerja rodi. Selama 3,5 tahun Indonesia dijajah Jepang, membuat rakyat semakin menderita.
Tidak tahan melihat penderitaan rakyat Indonesia yang dijajah Jepang, Supriyadi dan anggota Sudanco lainnya memberontak terhadap penjajah Jepang. Para tentara PETA melakukan penyerangan ke markas tentara Jepang.
Drama itu juga berlangsung dengan sangat heroik. Para tentara akhirnya berhasil melepas dan merobek bendera Jepang diganti dengan bendera Merah Putih. Namun, pemberontakan PETA ini sempat dipatahkan oleh tentara Jepang sehingga para tentara Peta ditahan dan disiksa.
Namun, pemberontakan itu menjadi inpirasi bagi daerah lainnya untuk melakukan hal yang sama. Drama itu akhirnya diakhiri dengan mengibarkan bendera Merah Putih sebagai tanda kemerdekaan Indonesia. Jepang akhirnya dinyatakan kalah dalam perang setelah negaranya dibom atom oleh tentara sekutu.
Kegiatan pagelaran itu juga diikuti ratusan pelajar hingga orang dewasa di Kota Blitar. Mereka sangat antusias, bahkan tidak sedikit yang mengabadikan dengan kamera telepon seluler yang dimilikinya. Kegiatan itu juga digelar oleh pemkot dan rutin setiap tahun. (*)