"Petani tebu sekarang bingung dan mengeluh karena belum terima uang hasil panen tebunya. Biasanya setelah seminggu tebu petani digiling di pabrik gula sudah menerima pembayaran DO (delivery order)," kata Ratno Hariyadi, salah seorang petani tebu asal Desa/ Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Selasa.
Ia mengemukakan, petani tebu mengeluh belum terbayarnya hasil panen mereka karena para petani tebu membutuhkan uang modal untuk menggarap atau menanam kembali tanaman tebu yang sudah di panen tahun ini.
Oleh karena itu, katanya, para petani tebu meminta pemerintah mencari solusi terbaik agar petani segera mendapatkan uang hasil panen tebunya.
"Kalau saya pribadi sudah satu bulan lebih belum menerima uang hasil panen. Informasinya gula milik petani masih belum terjual karena dilelang penawarannya murah," ucapnya.
Sementara itu, General Manajer PG Asembagus, Kabupaten Situbondo, Achmad Barnas membenarkan jika pabrik gula belum bisa membayar hasil panen tebu petani, karena gula masih beum terjual dan penawaran di lelang Rp9.300 per kilogram.
"Memang pembayaran hasil panen tebu yang biasanya dibayarkan seminggu sekali atau satu periode, sampai saat ini lima periode dan bahkan hampir enam periode belum terbayar," ujarnya.
Ia menjelaskan, belum terbayarnya "DO" kepada petani tebu karena informasi sebelumnya Bulog berencana membeli gula milik petani seharga Rp9.700 per kilogram, namun hingga saat ini belum terealisasi.
"Informasi yang kami terima, sampai dengan hari ini dari pihak Badan Urusan Logistik (Bulog) belum ada pembayaran atau pembelian gula ke pabrik gula PT Perkebunan Nusantara XI," ucapnya.
Menurut Barnas, biasanya gula milik petani sebelumnya dibayar oleh pihak pabrik gula dengan menggunakan dana talangan. Tetapi saat ini PG sudah tidak bisa membayar gula petani karena dana talangan sudah habis.
"Selama lima periode gula petani yang belum terbayar di PG Asembagus sebanyak sekitar 4.400 ton gula atau uang yang harus dibayarkan kepada petani sekitar Rp36 miliar," katanya. (*)
Video oleh Novi Husdinariyanto