Bondowoso (Antara Jatim) - Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Bondowoso Wahid Adi mengingatkan kepada masyarakat dalam memasuki musim kemarau waspada dan tidak lengah dalam hal kebersihan karena penyakit diare kerap muncul.
"Tidak hanya saat pancoroba atau pergantian musim hujan ke kemarau ataupun sebaliknya masyarakat mudah terserang penyakit, akan tetapi saat musim kemarau masyarakat juga perlu mengantisipasinya. Dan oleh karena itu kami ingatkan masyarakat tetap menjaga kebersihan," katanya di Bondowoso, Jawa Timur, Kamis.
Ia mengemukakan salah satu penyakit yang sering muncul dan menjadi perhatian dinas kesehatan pada musim kemarau adalah diare dan ispa (infeksi saluran pernafasan).
Menurutnya, kendati penyakit diare tidak seperti pada tahun 1980an hingga 1990an yang banyak menelan korban jiwa, tetapi tetap dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) terus memantau perkembangan diare
"Karena pengetahuan masyarakat saat ini lebih baik dari tahun 1980an sehingga angka penderita diare setiap tahun menurun," katanya.
Dari surat Kementerian Kesehatan, katanya, untuk angka penderita diare usia balita tercatat sebanyak 834 per 1.000 balita, sedangkan untuk semua umur dari 1000 orang yang terkena diare sebanyak 270 orang.
Jumlah tersebut, lanjut dia, tentu lebih baik karena di bawah tahun 2014 jumlah penderita diare disegala usia itu 423 per 1.000 orang.
"Jadi pada tahun 1980an dulu dari seribu orang ada 423 orang terkena penyakit diare tetapi sekarang sudah turun dari per seribunya yang terkena 270 orang," tuturnya.
Wahid mengatakan bahwa penyakit diare sendiri juga dapat mengancam jiwa dengan catatan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Oleh karenanya maka jika terkena diare itu segera ke puskesmas atau rumah sakit terdekat dan diimbangi makan dan minum.
Ia mencontohkan pada 2013 tercatat ada seorang ibu rumah tangga warga Kecamatan Cerme, meninggal dunia akibat terkena diare
"Biasanya kalau diare itu sakit perut sebelumnya dimungkinkan tidak akan dehidrasi karena mereka merasa badannya lemas. Tapi kalau tidak disertai sakit perut dan mereka merasa tetap tampak sehat padahal mengalami dehidrasi itu yang berbahaya," paparnya.
Ia menambahkan kecenderungan diare meningkat pada musim kemarau dikarenakan berkurangnya sumber air bersih dan ditambah udara yang kering membuat lingkungan jadi tak sehat serta menurunnya daya tahan tubuh akibat kemarau panjang.
"Ketika hujan air sungai akan banyak mengalir sehingga konsentrasi kuman di dalam air cenderung sedikit atau minim, sedangkan saat musim kemarau konsentrasi kuman kian meningkat karena air yang mengalir itu kian lambat, apalagi masyarakat Bondowoso rata-rata masih mengandalkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya. (*)